Minggu, Mei 31, 2009

The Last Picture With XI IS 2

Foto Terakhirku Bersama XI IS 2

Jumat, Mei 29, 2009

Social Motivation 3

Saat hujan semakin deras
kutlusuri jalan selangkah demi selangkah
Kuraba bajuku yang sudah kuyup
serasa dingin udara menusuk
sebentar kutoleh kebelakang
Begitu dalam arti perjalanan
percikan air adalah terpaan
Halilintar pemanis makna
Saat reda adalah harapan jiwa
menjadikan terang nur kehidupan



Kala membayang terang rembulan
merenung menjadi makna harapan
waktu kecil adalah kedamaian
saat remaja masa pematangan jiwa
kini kutatap cermin kedewasaan
kukerutkan keningku
seraya aku berkata pada bayanganku
belajarlah dari perjalanan hidupmu
raihlah cita-citamu diatas bintang persia
dan jadilah dirimu dalam sebuah jati diri


trim buat mas hadi

Sosial Motivation 2 Sambutlah Kehidupan

Saat malam mulai larut
Suasanapun semakin senyap
Aku terbujur dalam kekakuan
Karena hati terpasung dalam kesepian
Kesedihan dengan kesendirian
Seakan menggugurkan sejuta harapan
Sepinya malam berlalu sudah
Pagi datang mengawali hari baru
Aku terbangun dari panjangnya malam
Perlahan aku bergerak,
Berdiri dan kubuka jendela
Tersiratlah cahaya mentari pagi
Menyinari……
Menghempaskan semua khayalan kepahitan

Memang, Aku harus tetap tegar berdiri
Songsong hari yang baru
Sambut dengan sesuatu yang indah
Wujudkan misteri kehidupan
Dengan perbuatan mulia

Trim buat mas Hadi

Social Motivation 1

Berbahagialah orang yang mendapat hikmah dan pengetahuan
karena itu lebih berharga dari pada batu permata
jika diimbangi dengan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa


Hidup tidak akan menghasilkan sesuatu
tanpa diimbangi dengan kerja keras
Hasil yang kita peroleh
sebanding dengan usaha yang kita lakukan

Kamis, Mei 28, 2009

Alfred Vierkandt ( 1867-1953 )



Pada mulanya ia berpendapat bahwa kajian sosiologi adalah membahas tentang sejarah kebudayaan. Kemudia ia berpandangan lain bahwa kajian sosiologi adalah interaksi sosial dan hasil dari interaksi tersebut. Menurutnya masyarakat adalah himpunan-himpunan interaksi sosial, sehingga sosiologi bertugas untuk mengkontruksikan teori-teori tentang masyarakat dan kebudayaan.
Setiap masyarakat merupakan kebulatan di mana –mana masing-masing unsure saling mempengaruhi.Menurutnya dasar struktur sosial adalah ikatan emosional, tak ada konflik antara kesadaran individu dengan kelompoknya. Hubungan antar individu merupakan mata rantai, hubungan tersebut akan timbul dan akan hilang, akan tetapi strutur dan tujuan kelompok sosial akan tetap bertahan. Sosiologi juga mempelajari bentuk-bentuk struktur sosial tersebut.
Hasil karyanya, a.l;
Primitive and civilized people ( 1896 )
Inertia in culture change ( 1908 )
Theory of society; Main problem of philosophical sociologi ( 1922 )

Rabu, Mei 27, 2009

Latihan Ulangan Akhir Semester Sosiologi Kl XI IS

Kerjakanlah latihan ulangan akhir semester Mapel Sosiologi kelas XI Ilmu Sosial.
Caranya:
1. Masuk di www.ulangan .com
2. Regristrasi sebagai siswa , bila belum memiliki user siswa
3. Login dg menggunakan user siswa
4. Pilih soal nomor 167 ( passwordnya : 1970 ) pada ---> TRY OUT
5. Kerjakan soal hingga selesai.
6. Laporkan hasil latihanmu ke burungterbang321@yahoo.com
7. Selamat mengerjakan, semoga berhasil, dan nail ke kelas XII

Selasa, Mei 26, 2009

Leopold von Wiese ( 1876-1949 )



Ia seorang sosiololog dari Jerman. Ia beranggapan bahwa sosilogi adalah ilmu pengetahuan empiris yang berdiri sendiri..
Menurutnya obyek sosiologi adalah penelitian terhadap hubungan antar manusia yang merupakan kenyataan sosial. Obyek sosiologi adalah interaksi sosial atau proses sosial.Ia meneliti tentang klasifikasi proses-proses sosial, yang menekankan pada proses sosial asosiatif dan disosiatif. Setiap katgori proses-proses sosial dibagi-bagi lagi menjadi proses yang lebih kecil.
Ia juga meneniliti tentang struktur sosial. Menurutnya struktur sosial merupakan saluran dalam hubungan antar manusia.Hasil karyanya antara laihn:
The basic of sociology: a critical examination of Herbert spencer’s synthetic philosophy ( 1906 )
General sociologi, jilid.I Social relations ( 1924 ) dan jilid II tahun 1929

Senin, Mei 25, 2009

Keluarga Sebagai Lembaga Pengendalian Sosial

Artikel ini menanggapi masukan dari Mas Septian :

Keluarga memang bisa digunakan sebagai sarana/lembaga pengendalian sosial.Hal ini sangat terkait dengan fungsi dari Pranata Keluarga. Dalam buku karangan D.Narwoko,2007, disebutkan beberapa fungsi dari pranata keluarga, yaitu:
1. fungsi pengaturan keturunan.
2. fungsi sosialisasi dan pendidikan.
3. fungsi ekonomi
4. fungsi proteksi
5. fungsi penentuan status.
6. fungsi pemeliharaan
7. fungsi afeksi.

Untuk melakukan pengendalian sosial dapat dilakukan dengan alat pengendalian sosial yang disebut pendidikan. Salah satu fungsi keluarga adalah pendidikan, maka keluarga dapat digunakan untuk melakukan pengendalian sosial.Tentunya pengendalian sosial dengan pendidikan oleh keluarga berbeda dengan pengendalian sosial dengan alat yang lain.
Tentunya pengendalian sosial di keluarga hanya berlaku untuk keluarga itu sendiri dan tidak berlaku untuk keluarga orang lain. Karena tiap keluarga memiliki kewenangan di keluarganya sendiri.Kecuali bila keluarga orang lain meminta bantuan dari suatu keluarga untuk membantu menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapinya.

Pengendalian sosial yang dilakukan oleh keluarga dapat cara persuasif, misalnya anak diajarkan tentang nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat.Juga pengendalian sosial oleh keluarga dapat bersifat preventif, artinya suatu upaya yang dilakukan oleh keluarga untuk mencegah terjadinya pelanggaran sosial yang dilakukan oleh anggota keluarga.

Secara umum pengendalian sosial di keluarga dilakukan oleh orang tua terhadap anak.Namun dapat juga terjadi sebaliknya, seorang anak dapat melakukan pengendalian sosial terhadap orang tuanya, yang dinilai akan/telah melakukan pelanggaran terhadap norma yang berlaku. Karena pada hakekatnya pranata ( pranata keluarga ) merupakan kesatuan sosial yang tidak dapat dipisahkan antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain.

Pada dasarnya pengendalian sosial dilakukan untuk mengembalikan suatu kondisi/keadaan di masyarakat ( keluarga ) agar kembali mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku.Karena bila tidak dilakukan pengendalian sosial keseimbangan sosial dapat mengalami kegoyahan. Demikian pula di dalam keluarga bila tidak dilakukan upaya pengendalian sosial maka dapat menimbulkan kegoyahan di dalam keluarga, seperti pertengkaran, percekcokan dan bahkan dapat menimbulkan perceraian.

Semoga ulasan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Minggu, Mei 24, 2009

Nilai dan Masyarakat



Nilai dan masyarakat memiliki kaitan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan. Masyarakat akan terkoyak bila nilai-nilai kebersamaan telah lenyap dari masyarakat itu.Perkembangan nilai dalam suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh warga masyarakat/bangsa yang memiliki nilai itu sendiri.

Oleh Horton ( 1987 ) , nilai adalah gagasan mengenai apakah sesuatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti. Nilai pada hahehatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang namun tidak menghakimi apakah perilaku itu salah atau benar.
Nilai merupakan bagian yang sangat penting di masyarakat dan perkembangan kebudayaan. Suatu tindakan atau perbuatan warga masyarakat dianggap sah apabila sesuai/serasi dengan nilai-nilai yang berlaku / disepakati/ dijunjung tinggi oleh suatu masyarakat. Misalnya suatu masyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran , maka bila terdapat anggota masyarakat yang selalu berbuat jujur dalam berperilaku sehari-hari di masyarakat maka ia akan dihormati oleh warga masyarakat itu sendiri. Namun sebaliknya, bila ia suka berbuat curang, tidak berkata sebenarnya maka warga masyarakat akan menjadikan ia sebagai bahan pergunjingan.
Nilai dimasyarakat akan mengikuti perkembangan dan perubahan masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh makin maraknya sinetron di televise yang menampilkan artis-artis dengan pakaian yang “agak terbuka/mini” maka akan mempengaruhi nilai-nilai yang ada di masyarakat.Dahulu di masyarakat terdapat nilai bahwa wanita selayaknya mengenakan pakaian yang menutup aurat/badan/tubuhnya.Kini nilai-nilai itu mengalami pergeseran/perubahan yakni wanita telah dianggap lazim mengenakan pakaian yang mini.
Di era sebelum tahun 1990-an masih banyak wanita yang memiliki rambut yang panjang ( sampai lutut ) namun pada kenyataannya akhir-akhir ini sudah sedikit sekali kita dapat menjumpai seorang wanita yang berambut panjang. Hal itu karena bila seorang wanita berambut panjang maka dianggap ribet/tidak fleksibel dalam beraktifitas dan mungkin ada anggapan wanita berambut panjang sudah ketinggalan jaman.
Selama nilai-nilai itu mengalami perubahan yang masih relative positif maka tidak berdampak buruk bagi integritas masyarakat, namun bila di masyarakat yang berkembang adalah nilai-nilai yang negative maka dapat mengancam kesinambungan masayarakat itu sendiri. Dulu sering kita mendengar bahwa masyarakat kita adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kegotongroyongan, namun kini nilai-nilai itu telah bergeser menjadi nilai-nilai yang mengarah pada individualis, yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi dari pada kepentingan kebersamaan. Kita dulu juga punya nilai-nilai kepedulian sosial yang tinggi, namun kini telah mengalami pergeseran menjadi “ cuek is the best “. Hal ini sangat berbahaya bila kita tidak mengantisipasinya.Jangan sampai integegritas masyarakat terkoyak karena kita tidak mampu mengarahkan perkembangan/perubahan nilai yang berlangsung di masyarakat.

Jumat, Mei 22, 2009

Teori Kekerasan



Istilah kekerasan digunakan untuk menggambarkan suatu perilaku, baik terbuka, tertutup, menyerang maupun bertahan yang disertai penggunaan kekuatan terhadap orang lain. Kekerasan terbuka adalah kekerasan yang dapat dilihat, seperti perkelahian. Kekerasan tertutup adalah kekerasan yang tidak secara langsung, seperti mengancam. Kekerasan agresif adalah kekerasan yang dilakukan tidak untuk perlindungan, dilakukan untuk mendapatkan sesuatu.Kekerasan defensive e adalah kekerasan yang dilakukan untuk perlindungan diri.

Kekerasan kolektif
Adalah kekerasan yang dilakukan oleh sekumpulan orang yang dilakukan secara bersama-sama. Mnurut Le Bon, kekerasan kolektif ini berkaitan dengan irasionalitas, emosionalitas dan peniruan individu yang lepas dari pembatasan sosial suatu organisasi sosial. Individu-individu yang berada dalam suatu kelompok/crowd dianggap saling meniru, sehingga saling memperkuat dan memperbesar emosionalitas dan irasionalitas sesamanya.
Teori baru tentang kekerasan kolektif ini menunjukkan bahwa pada dasarnya kekerasan kolektif muncul dari situasi kongkrit yang sebelumnya didahului oleh sharring gagasan, nilai, tujuan dan masalah bersama dalam kurun waktu yang lebih lama. Masalah bersama merupakan factor yang paling penting dan bisa melibatkan perasaan akan bahaya. Oleh Ted Robert Gurr dikatakan bahwa individu yang memberontak sebelumnya harus memiliki latar belakang situasi, seperti rasa ketidakadilan, kemarahan moral dan kemudian memberikan respon terhadap sumber penyebab kemerahan tersebut.

Tetorisme
Suatu hal yang sangat menentukan keberhasilan gerakan terorisme adalah efektivitas dalam menimbulkan ketakutan, baik terhadap obyek serangan secara langsung maupun tidak secara langsung. Para teroris biasanya melakukan tindakannya dalam bentuk yang spesifik yang bisa dialami oleh segmen public yang sangat luas. Sifat serangan yang acak sering dalam kaitannya dengan waktu dan tempat dapat memperbesar ketakutan pada obyek sasaran terorisme tersebut.
Kegiatan terorisme sangat signifikan dengan media massa, karena pada dasarnya efektifitas terorisme terletak pada ketakutan public yang berhasil disebarluaskan melalui media massa tersebut.

Rabu, Mei 20, 2009

Sistem Norma di Masyarakat

Di dalam masyarakat sering kita menjumpai istilah double reality. Pada salah satu sisi ada system fakta yaitu sistyem yang tersusun atas segala apa yang senyatanya di dalam kenyataan ada. Di sisi yang lain yaitu suatu system normative yang berada di dalam mental yang membayangkan segala apa yang seharusnya ada.Kedua system tersebut satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan dan keduanya saling mempengaruhi.
Sistem fakta berfungsi sebagai determinan dari system normative, artinya apa yang dibayangkan di dalam mental sebagai suatu keharusan itu sesungguhnya sebagai sesuatu yang didalam kenyataan merupakan sesuatu yang betul-betul ada. Norma selalu dipertimbangkan dalam kenyataan dan mempertimbangkan pula kemungkinan-kemungkinan yang ada di dalam kenyataan.Orang tidak akan mungkin kewajiban melakukan tindakan yang tidak akan dikerjakan oleh orang lain pada umumnya.
Sistem norma dapat mempengaruhi system fakta.Di dalam hal ini wujud dan bentuk pelilaku-perilaku cultural yang ada di alam kenyataan ditentukan oleh pola-pola cultural yang telah diketahui di dalam mental sebagai keharusan-keharusan yang harus dikerjakan. Dengan jalan mengharuskan membebankan norma-norma tersebut maka dapat diwujudkan suatu aktivitas bersama yang tertib kea rah pemenuhan hidup bermasyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat tidak hanya berwujud suatu jumlah perilaku dan hubungan antarmanusia di alam kenyataan saja, melainkan sekaligus juga berwujud suatu system determinan yang disebut system norma. Apabila perilaku riil masyarakat dapat kita amati wujud yang kongkrit di alam nyata namun norma-norma yang determinan dapat kita hayati di alam ide masyarakat. Apabila system nilai tidak ada maka masyarakat juga tidak aka ada. Masyarakat manusia bukanlan bio-sosial yang mampu berwujud dan berfungsi atas dasar potensi biologic. Potensi biologic tersebut tidak akan mampu merespon manusia dalam mewujudkan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Pada kenyataannya manusia telah menggantungkan seluruh kemampuan hidup sosialnya kepada kecakapan-kecakapan bereaksi dan merespon yang diperolehnya melalui suatu proses-proses blajar. Apa yang dipelajari manusia tidak lain adalah system dan tertib normative. Pemahaman dan penghayatan system normative tersebutlah yang memungkinkan manusia dalan menjaga kelangsungan eksistensi bermasuarakat.
Dalam menjaga kelangsungan kehidupannya,manusia tidak hanya berusaha untuk mengontrol alam sekitar tetapi juga perlu untuk mengontrol dirinya dan masyarakat itu sendiri. Alam sekitar tidak akan dapat dikuasai apabila masyarakat tidak dapat dikontrol secara normative.Manusia dan masyarakat bila tidak mampu mengontrol dirinya secara normative maka kelangsungan kehidupannya tidak dapat terjamin.

Beberapa penggolongan Norma di masyarakat :
1. Folkways
Arti kata, folkways adalah tatacara (ways) yang lazim dikerjakan atau diikuti oleh rakyat kebanyakan ( folk ).Maknanya, folkways adalah seluruh norma-norma sosial yang lahir dari adanya pola-pola perilaku yang selalu diikuti oleh orang-orang kebanyakan, di dalam hidup mereke sehari-hari, kaena dipandang sebagai suatu yang lazim.Juga merupakan suatu yang terjadi secara berulang-ulang dan ajeg di dalam realita, dan berangsung-angsung terasa kekuatannya sebagai hal yang besifat standar, yang secara normative wajib dijalani.Dalam kehidupan sehari-hari, seperti berapa kalikah kita harus makan, bagaimanakah santapan pagi, bagaimanakan pakaian ini harus dikenakan, bagaimana tubuh ini harus dibersihkan dan lain-lain.

Folkways yang dilakukan berulang-ulang tidak hanya terbatas pada perbuatan-perbuatan lahir saja, melainkan juga sampai mendalam menjadi kebiasaan-kebiasaan berfikir. Kebiasaan-kebiasan brfikir ini akan memungkinkan warga masyarakatnya mengetahui apa yang akan dilakukan masing-masing di dalam keadaan tertentu. Sehingga seluruh anggota masyarakat akan merasa aman berada di lingkungan masyarakatnya.

Apabila terdapat anggota masyarakat yang melakukan penyimpangan ( dalam berbagai aspek ) maka ia akan dianggap aneh, eksentrik dan sulit dimengerti dan ia akan tersisih dari kontak-kontak sosial.Bila ia telah tersisih dari kontak sosial maka ia akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan fisik maupun ruhaninya.

Sanksi yang melekat pada folkways tidaklah berat, sifatnya tidak formal, bersifat inormal, seperti berupa sindiran, pergunjingan atau olok-olok.Sanksi-sanksi folkways dijatuhkan juga berdasar pada kelaziman yang berlaku dimasyarakat itu sendiri. Walaupun dipandang sangsi folkways dipandang lunak namun dapat berlaku secara komulatif, artinya bila seseorang telah melenggar folkways secara terus-menerus maka ia akan dikenakan sangsi yang semakin berat, Pada akhirnya ia akan disisihkan dari kontak-kontak sosial di masyarakat.

Mores
Memiliki sanksi yang lebih keras.Warga masyarakat berusaha untuk tidak melanggar mores ini.Sanksi mores dirumuskan di dalam bentuk larangan yang disebut tabu.Seperti pernikahan incest, hubungan badan yang bukan sebagai suami istri yang sah. Bagi yang melangga mores ini ada yang diberi sanksi diarak di lingkungannya dan masih dikenakan denda tertentu.

Hukum
Bagi masyarakat yang masih sederhana, dirasa cukup dengan folkways dan mores, namun bagi masyarakat yang semakin komplek hal tersebut dipandang tidaklah cukup, maka diperlukan norma yang lain yang disebut laws atau norma hukum, yang lebih memiliki kepastian sanksi yang diberikan kepada anggota masyarakatyang telah melakukan pelanggaran norma.
Norma hokum ini berlaku secara formal, memiliki prosedur dan memaksakan untuk ditaati agar tercipta tertib sosial.

Senin, Mei 18, 2009

Proses Pembentukan Kepribadian



Manusia ketika dilahirkan dalam kondisi bersih, suci dan tidak ternoda sedikitpun. Namun mengapa setelah manusia itu melewati jalan kehidupan menjadi berperilaku jahat, selalu merugikan orang lain, tidak mau tunduk pada norma ideal di masyarakat, ingin menang sendiri tanpa mau mempedulikan kepentingan orang lain, tidak mau ingat dengan Sang Pencipta, selalu berkata dusta, suka memfitnah orang lain, senang bila orang lain terkena musibah, bangga diri ketika telah berbuat salah, selalu ingin dihormati orang lain, negative thingking dan seabrek perilaku, watak, dan sifat yang bertentangan dengan fitrohnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Proses pembentukan watak, karakter, perilaku dan sifat seseorang sebenarnya telah terawali ketika masih didalam kandungan.Ketika ibu mengandung bayi, saat itulah kontak batin dan lahiriah antara sang ibu dengan sang bayi sedang berlangsung.Ketika sang ibu berkata-kata kotor, suka memfitnah maka kontak batin itu telah tersalurkan kedalam diri sang bayi. Dalam ajaran agama Islam ketika sang janin berusia 4 bulan maka dianjurkan untuk dibacakan ayat-ayat suci Al Qur’an ( misalnya Surat Maryam/surat Yusuf, dsb ) hal tersebut dikandung maksud bahwa pada diri janin tertransfer nilai-nilai/ajaran suci dari Al Qur’an.Bukankah janin yang telah berusia 120 hari telah ditiupkan ruh didalamnya.Maka disaat itulah peran orang tua akan ikut mewarnai karakter/sifat anaknya sejak dini.
Ketika sang bayi telah terlahir, mulailah ia berinteraksi dengan lingkungan di mana ia berada. Pada saat ini pula, peran orang tua masih dominan terhadap perkembangan anaknya itu. Anak yang selalu dibimbing dengan akidah, akhlak yang baik tentunya akan memiliki perilaku yang berbeda dengan anak yang dibiarkan begitu saja mengikuti apa yang ada disekitarnya.

Ketika sang anak sudah menemukan teman sepermainan ( masa kanak-kanak ), disinilah pengaruh yang diberikan oleh teman sepermainan akan mulai ikut mewarnai perkembangan kepribadian sang anak tersebut. Bila ia berinteraksi dengan anak-anak yang jauh dari nilai-nilai agama maka ia akan dengan mudah meyerap perilaku tersebut. Pada masa kanak-kanak ini proses imitasi dan identifikasi sangat menonjol dalam respon yang dilakukan oleh sang anak tersebut. Pada masa ini proses untuk menilai, mengontrol, memfilter belum dimiliki oleh sang anak tersebut. Maka pandai-pandailah orang tua dalam mengarahkan dan membimbing anaknya secara selektif untuk mencari teman sepermainannya. Bila proses imitasi dan identifikasi yang negative lebih dominan maka akan terbentuk karakter anak yang negative pula.

Ketika memasuki masa remaja, peran orang tua mulai “tergantikan” oleh peran sosialisasi yang lain. Ketika masa kanak-kanak telah terbentuk karakter yang negative maka pada masa remaja ini karakter negative tersebut akan tumbuh subur ketika ia menemukan teman bermain yang “setipe”karakternya.Pada diri anak akan mulai muncul konsep dalam pikirannya bahwa dirinya telah tumbuh lebih dewasa dan berhak untuk bertindak sesuai dengan kehendak hatinya. Pada tahap ini , walaupun peran orang tua mulai berkurang, namun sikap bijak dari orang tua masih sangat dibutuhkan untuk mengarahkan perilaku anaknya. Orang tua masih memiliki kewenangan untuk memberikan action kepada anaknya untuk dapat berperilaku yang baik.Jangan sampai orang tua lepas tanggung jawab terhadap pembentukan kepribadian kepada anaknya dan hanya menyerahkan kepada pihak sekolah.

Memasuki pada masa dewasa maka seseorang telah memilih/memiliki bentuk dari watak,sifat , karakter dan perilakunya. Pembentukan karakter ketika dewasa ini sebenarnya telah terawali dari semenjak didalam kandungan,masa kanak-kanak, masa remaja dan akhirnya mengkristal pada diri individu pada usia dewasa. Pada masa ini bila telah terbentuk watak yang negative maka sulit sekali untuk melakukan perubahan karena watak tersebut telah terinternalisasi ke dalam diri pribadi seseorang. Pada tahap ini seseorang telah dengan sadar memiliki karakter yang dipilihnya/dimilikinya dengan berbagai konsekuensi /akibat dari sifatnya yang bermuara pada tindakan sosialnya. Misalnya seseorang telah memilih karakter sebagai seorang pencuri, maka ia telah menyadari bahwa tindakan mencuri akan memiliki konsekuensi yang akan ditanggungnya, misalnya dikucilkan masyarakat, masuk penjara bahkan dihakimi masa sampai meninggal. Pada masa dewasa ini, seorang individu memiliki hak sepenuhnya terhadap diri pribadinya untuk di bawa kemana. Pada diri seseorang akan terjadi pergulatan antara sifat yang baik dan sifat yang buruk. Bila bekal menuju dewasa lebih dominan yang buruk maka pertarungan antara yang baik dan buruh akan dimenangkan yang buruk ( % lebih besar ) dan sebaliknya, ketika bekal menuju dewasa lebih dominan yang baik maka pergulatan dalam diri pribadi akan dimenangkan oleh sifar/karakter yang baik.
Oleh karena itu peran aktif dari orang tua untuk membentuk karakter anaknya.Hendaknya orang tua dapat memberikan contoh /tauladan dan perilaku yang baik sehingga anak akan teridentifikasi berperilaku baik karena mencontoh perilaku orang tuanya.Disamping itu peran individu, dan lingkungan sosial lebih luas sangat-sangat mempengaruhi pembentukan watak/kepribadian seseorang. Apalagi bagi remaja ( SMP dan SMA ) tantangan kehidupan sekarang ini semakit berat.Sekarang begitu mudahnya seorang remaja untuk mengakses berbagai informasi.Manfaatkan kemajuan iptek secara arif dan bijaksana. Bila proses sosialisasinya terhadap informasi yang negative maka ujung-ujungnya sudah dapat ditebak ( misalnya, kasus miras, narkoba, free sex dan pemerkosaan, pornoaksi dan pornografi banyak dilakukan oleh kalangan remaja ).Pandai-pandailah remaja untuk mensikapi perkembangan iptek yang semakin “maju”.Jangan sampai salah melangkah yang tentunya akan berakibat buruk dikemudian hari.
Eka, 18 Mei 2009, 22.17

Minggu, Mei 17, 2009

Social Group



Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang hidupnya selalu berhubungan dengan manusia yang lain.Setiap individu tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri yang memiliki kekurangan , sehingga ia perlu untuk membentuk suatu kelompok sosial agar seluruh kebutuhannya dapat terpenuhi.Kelompok sosial tersebut merupakan kumpilan individu-individu yang hidup bersama dengan mengadakan hubungan timbale balik yang cukup intensive dan teratur sehingga diharapkan terbentuk pembagian tugas, struktur serta norma-norma tertentu yang berlaku bagi mereka.
Kelompok sosial pada dasarnya dibedakan menjadi dua yaitu, kelompok teratur dan tidak teratur.Kelompok sosial yang teratur dapat dibedakan berdasarkan criteria:
1. Besar kecilnya anggota yaitu kelompok primer dan sekunder.
2. Derajat organisasi yaitu kelompok formal dan informal.
3. Interaksinya yaitu ferensi group dan membership group.
Sedangkan kelompok sosial yang tidak teratur dibedakan menjadi dua yaitu kerumunan dan public.
Kelompok primer memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Hubungan sesame anggota saling berdekatan.
2. Jumlah anggotanya relative kecil
3. Hubungan antar anggota agak permanent.
4. Adanya kesamaan tujuan dalam kelompok
5. Hubungan antar anggota terjadi secara sukarela.
6. Hubungan antar anggota bersifat inklusif , artinya tidak dapat digantikan orang lain.

Kelompok primer ini dapat memberikan pengaruh yang besar bagi individu anggota kelompok karena dapat memperbesar rasa solidaritas dan memberikan pegangan kepada individu agar tidak bingung dan stres.
Contoh kelompok primer adalah : keluarga.

Kelompok sekunder memiliki cirri-ciri sebagai berikut
1. Jumlah anggotanya relative banyak sehingga tidak saling mengenal satu sama lainnya.
2. Hubungan antar anggota relative renggang sehingga tidak dibutuhkan hubungan yang bersifat pribadi.
3. Sifatnya tidak permanent
4. Hubungannya cenderung bersifat hubungan formil, kontak sosial yang terjadi felatif sedikit, ada hubungan bila ada kepentingan tertentu saja.
Keputusan-keputusan yang diambil dalam kelompok ini lebih mengutamakan obyektivitas dan tidak mempertimbangkan factor pribadi, dank arena tidak ada loyalitas terhadap kelompoknya maka tidak ada landasan yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan bersama.


Kelompok formal
Kelompok formal ini adalah kelompok yang memiliki peraturan tegas dan sengaja dibentuk untuk ditaati dan mengatur hubungan antar anggotanya.Karena organisasinya resmi maka dikenal struktur organisasi kelompok, sehingga terdapat hirarkhi karena terdapat pembedaan tugas dan wewenang.Loyalitas anggotanya bukan lagi kepada kelompok melainkan kepada peraturan yang telah dibuat.
Kelompok informal
Adalah kelompok yang tidak resmi, tidak memiliki struktur organisasi yang pasti, jadi kelompok ini tidak didukung oleh peraturan-peraturan tertulis yang pasti.Kelompok ini pada umumnta terbentuk karena adanya pengalaman dan kepentingan yang sama dari para anggotanya.

Membership group
Adalah kelompok dimana setiap orang yang secara fisik tercatat menjadi anggota kelompok tersebut.Kelompok ini dibagi menjadi dua yaitu,:
1. Nominal group member : anggota yang masih berinteraksi dengan kelompok sosial yang bersangkutan, akan tetapi interaksinya dengan anggota lainnya berkurang.
2. Perihal group member : seseorang yang seolah-olah tidak menjadi anggota kelompok tersebut sehingga kelompok tersebut tidak memiliki kekuasaan terhadap anggota kelompok tersebut.

Reference group
Merupakan kelompok sosial yang menjadi ukuran bagi seseorang ( ia bukan sebagai anggota kelompok ) untuk membentuk pribadi dan perilakunya.

Kerumunan /crowd
Memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Adanya kehadiran individu-individu secara fisik dan ukurannya.dalam terbentuknya kerumunan ini juga diperlukan adanya suatu perhatian terhadap suatu hal.
2. Merupakan kelompok yang tidak terorganisir, oleh karena itu tidak memiliki pemimpin dan tidak memiliki pembagian kerja maupun system pelapisan sosial.sehingga interaksinya bersifat spontan,spontan,tidak dapat diduga, setiap individu yang hadir dalam kelompok ini memiliki kedudukan yang sama.
Oleh Mayor Polak , kerumunan dikelompokkan menjadi dua yaitu kerumunan aktif dan ekspresif. Kerumunan aktif timbulnya secara spontan, bersifat emosional,bersifat destruktif yang bertujuan merusak.Perbuatan ini dilakukan untuk melepaskan perasaan tidak puas, kemarahan maupun kejengkelan terhadap suatu hal.Kerumunan ini dapat menjalar luas karena adanya penularan-penularan sosial.
Sedangkan kerumunan ekspresif tidak mengenal pusat perhatian maupun tujuan yang sama, malainkan hanya mengenal emosi saja.Kerumunan semacam ini tidak merusak, hanya sekadar melepaskan ketegangan emosi sja.
Kerumunan ekspresif dapat berubah menjadi kerumunan aktif.Misalnya penonton sepak bola yang marah pada wasit karena tidak dapat bersikap adil dalam memimpin jalannya sepak bola.

Bentuk-bentuk kerumunan :
1.ditinjau dari struktur sosial
a. formal audience : penonton bioskop
b.planned expresisive group : kerumunan dansa.
2.kerumunan sementara:
a. inconvenient aggregation : kerumunan kurang menyenangkan: antri karcis.
b. panic crowd ; kerumunan kebakaran.
c.spectator crowd : kerumunan ingin melihat sesuatu ( kecelakaan laulintas )
3.melawan hokum:
a. acting mob: pembunuhan beramai-ramai.
Immoral crowd : pesta sex.



Public:
Berbeda dengan kerumunan, pada public ini individu-individu tidak saling bertemu/tatap muka.Interaksinya terjadi secara tidak langsung/melalui alat-alat media.Kelompok ini terjadi karena adanya minat, kegemaran yang sama dan kepentingan yang sama.Dalam public ini kepentingan pribadi lebih menonjol dari pada kepentingan umum.Untuk mempertemukan public ini dapat melalui berita-berita.
Publik dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kelompok vested interst, new comer dan kelompok pasif.


Massa:
Berbeda dengan crowd, pada massa merupakan kumpulan orang banyak yang mempunyai kehendak/pandangan yang sama, tetapi tidak berkerumun pada suatu tempat tertentu dan mengikuti kejadian penting melalui alat-alat komunikasi modern.Setiap massa memiliki intraksi secara terpisah, sehingga tindakannya tidak spontan terhadap sugenti yang timbul, masaa ini lebih bersifat rasional. ( J.Dwi Narwoko, 2008 )

Sabtu, Mei 16, 2009

Interaksi sosial dan Simbol



Setidaknya ada dua syarat agar interksi sosial berlangsung yaitu kontak sosial dan komunikasi. Terjadinya kontak sosial tidak semata-mata tergantung pada tindakan sosial namun tanggapan terhadap tindakan yang dilakukan. Sedangkan aspek komunikasi yang terpenting adalah bila seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain.Penafsiran perilaku dapat bermacam-macam, hal itu dipengaruhi oleh adanya perbedaan konteks sosialnya. Misalnya warna hitam, memiliki makna buruk bila berkaitan dengan prostitusi, namun akan bermakna lain bila orang mengenakan pakaian sertba hitam ketika melayat, yang bermakna ikut berduka.
Dalam berkomunikasi tidak haru menggunakan isyarat-isyarat fisik saja, namun dapat juga menggunakan kata-kata,yakni symbol suara yang mempunyai arti bersama dan bersifat standar.Manusia dapat brkomunikasi tentang obyek dan tindakan jauh di luar waktu dan ruang.Misalnya kita menyebut gajah maka semua orang dapat membayangkan bentuk hewan yang disebut gajah dan tidak perlu menghadirkan gajah sebagai obyek pembicaraan.Bahkan terhadap sesuatu yang belum pernah melihat bentuk benda secara langsung namun telah sepakat tentang maka kata tertentu maka komunikasi dapat belangsung. Misalnya dengan menyebut kata “setan “ maka orang dapat membayangkan sesuatu yang menakutkan/menyeramkan.
Simbol-simbol yang digunakan dalam berinteraksi dan komunikasi tidaklah mutlak bersifat universal yang berlaku untuk semua wilayah atau daerah.Makna dari symbol tergantung dari kesepakatan masyarakat yang menggunakan symbol tersebut.Suatu symbol dapat dipahami melalui interpretative process.Suatu makna kata, tidak begitu saja dapat diterima suatu masyarakat tetapi harus melalui proses penafsiran. Misalnya orang yang menengadahkan tangannya tidak selamanya berarti orang yang meminta-minta, namun dapat berarti suatu bentuk penghormatan kepada orang lain untuk mempersilakan orang lain jalan terlebih dahulu. Contoh lain orang yang menggelengkan kepala bagi orang Indonesia diartikan tidak/tidak setuju, namun bagi orang-orang India menggelengkan kepala memiliki penafsiran tanda setuju atau ya.

Menurut Max Weber, metode yang dapat digunakan untuk memahami arti-arti subyektif tindakan seseorang adalah verstehen, yaitu kemampuan untuk berempati atau kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka berfikir orang lain yang perilakunya mau dijelaskan, situsi serta tujuan-tujuannya mau dilihat menurut perspektif itu.Menurutnya ada empat jenis tindakan sosial yaitu 1).rasional instrumental, 2).rasionalitas berorientasi pada nilai, 3).tindakan tradisional dan 4) tindakan afektif. Weber mengtakan bahwa apapun wujudnya tindakan manusia akan dapat dimengerti apabila seseorang mampu berempati terhadap tindakan/peran orang lain.

Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial.Ketika berinteraksi, seseorang atau sekelompok orang sebenarnya sedang berusaha atau belajar bagaimana memahami tindakan sosial orang atau kelompok lain. Misalnya, seorang pemuda yang telah lama hidup di Barat memiliki kebiasaan mencium pipi lawan jenisnya ketika bertemu.Pada suatu saat ia berada di desa di Indonesia, ia akan mengalami kesulitan atau masalah karena ciuman pipi dimuka umum di Indonesia masih dianggap hal yang tabu.Bila sang pemuda tadi memaksakan mencium pipi gadis di depan umum, boleh jadi orang tua si gadis akan beranggapan bahwa pemuda tadi kurang ajar, tidak tahu sopan santun bahkan dapat menimbulkan masalah sosial lainnya.Oleh karena itu untuk menghindari kesalahpahaman maka perlu untuk saling memahami tindakan sosial yang dilakukan orang lain. ( J.Dwi Narwoko, 2008 )

Jumat, Mei 15, 2009

Peran Sosiologi

Apa manfaat kita mempelajari ilmu trtentu ? pertanyaan ini selalu muncul ketika kita akan/sedang mempelajari ilmu tertentu.Hal tersebut juga berlaku ketika kita mempelajari sosiologi. Oleh sebagian umum orang, hanya dipandang sebelah mata terhadap manfaat mempelajari sosiologi. Sosiologi hanya dipandang sebagai ilmu yang hanya layak berada di buku dan tidak memiliki kemanfaatan terhadap kehidupan sehari-hari.
Seringkali sosiologi hanya dicap sebagai disiplin ilmu yang hanya melahirkan orang-orang yang dianggap rewel, tukang protes yang aktivitasnya mengganggu stabilitas umum.Di mata pemegang kekuasaan sosiologi dituduh telah merelatifkan tatanan yang telah ada yang mereka janjikan akan ditingkatkan dan dipertahankan. Sosiologi memang pada dasarnya tidak menghasilkan para praktisi, namun menghasilkan pemikir yang peka dan kritis terhadap realitas sosial.Sumbangan sosiologi memang tidak langsung dapat dirasakan namun mampu menyuguhkan analisis dan evaluasi terhadap bebagai hal diluar disiplin ilmu lain.
Sosiologi juga bisa menjadi ilmu terapan yang menyajikan cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiahnya guna memecahkan masalah praktis atau masalah sosial yang perlu ditanggulangi.Misalnya seseorang meneliti tentang menurunnya moralitas pelajar dan diteruskan dengan penelitian bagaimana mengembalikan moalitas pelajar yang baik.Pada pernyataan yang ke dua ini sosiologi dapat berperan sebagai ilmu terapan.Sosiologi tidak hanya berupa doktrin/teori belaka namun berusaha untuk mengupas secara detail setiap peristiwa sosial. Sehingga sosiologi tidak percaya begitu saja setiap peristiwa yang tampak dari permukaan namun berusah untuk membongkar apa yang tersembunyi.
Sosiologi dapat dikatakan ilmu yang cukup penting, karena sosiologi merupakan suatu disiplin ilmu yang secara khusus mengembangkan pengetahuan tentang hubungan sosial manusia secara umum dan tentang produk dari hubungan tersebut. Sosiologi mempelajari tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat, bukan sebagai individu yang terlepas dari masyarakat.Fokus bahasan sosiologi adalah interaksi antar manusia dan pengaruh yang ditimbulkan dari interaksi tersebut. Sosiologi tidak begitu menitik beratkan pada apa yang terjadi pada diri individu namun pada apa yang berlangsung diantara manusia. ( J.Dwi Narwoko, 2007 )

Kamis, Mei 14, 2009

Dampak siaran TV

Tv, sekali lagi Tv telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat karena tanpa TV orang akan mengalami ketertinggalan informasi tentang berbagai peristiwa di belahan bumi ini. Satu hari saja tidak melihat TV maka kita akan merasakan ada sesuatu yang kurang atau hiding dalam kehidupan kita di hari itu. Ternyata TV telah menjadi bagian integral dalam setiap aspek kehidupan manusia. Sekali lagi TV tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Televisi menyajikan, menyuguhkan, mempertontonkan segala informasi, pesan, muatan moral, iklan dan sejuta info yang dibutuhkan/dicari oleh pemirsa. Siaran Televisi sangat tajam dalam masuk disetiap sudut-sudut kehidupan manusia. Masyarakat tidak perlu lagi repot-repot /susah-susah dalam memiliki t elevisi karena sekarang ini harga televise sangat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Dari kaca mata sosiologi, televise merupakan salah satu media untuk sosialisasi, yaitu media untuk mengenal dan mempelajari nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Disamping itu juga terdapat media sosialisasi yang lainnya, seperti keluarga, teman sepermainan, sekolah dan media massa. Saat ini media televisilah yang dianggap suatu media yang praktis dan efisien dalam mentransfer berbagai pesan yang dibawa oleh siaran televise.Dengan televise itulah masyarakat akan lebil mengenal berbagai konsep-konsep , pengetahuan baru, informasi baru yang tentunya dibutuhkan.
Disadari maupun tidak ternyata siaran televise dapat memberikan dampak atau pengaruh kepada siapa saja yang menontonnya.Pengaruh yang dapat ditimbulkan sangat beragam baik pengaruh secara positif maupun negative. Terkadang/lebih sering, seseorang tanpa sadar telah terbawa oleh arus siaran televise, baik itu iklan, tenovela, siaran berita dan sebagainya. Bagi penonton yang telah memiliki self control yang tinggi akan mampu untuk memfilter setiap informasi/tayangan televisi yang ditontonnya, namun sebagian besar warga masyarakat tanpa menyadari telah telinfiltrasi oleh muatan dalam psan siaran televise tersebut. Lebih parah lagi bila penonton masih anak-anak yang notabene menelan mentah-mentah tayangan televisi.Sering kita jumpai pada siaran televise bahwa banyak anak yang menirukan adegan di televise. Beberapa waktu yang lalu ada siswa SD yang ,meninggal setelah dibanting oleh temannya, hanya menirukan acara di televise smackdown.Ini contoh kongkrit ternyata siaran televise dapat mempengaruhi pola piker, perilaku, gaya hidup, maupun stile kehidupan yang lainnya. Oleh karena itu dalam menyimak/menonton televisi haruslah bijaksana sehingga dampak negative dapat dihindari.
Sebagai contoh lain dari sebuah penelitian di California Selatan menemukan bahwa dalam studi dalam beberapa tahun terhadap 732 anak, konflik dengan orangtua, perkelahian sesame anak, dan kejahatan remaja ternyata erat kolerasinya dengan jumlah jam menonton TV. Anak yang sering mononton acara yang bernuansa kekerasan maka ia akan tumbuh dengan jiwa keerasan tersebut.Ini kan sangat berbahaya.
Iklan yang ditawarkan ditelevisi kalau tidak dicermati akan mementuk karakter konsumtif. Setiap hari disuguhkan barang-barang baru, yang pada esensinya hanya pengembangan dari barang / produk yang lama, yang sebenarnya barang baru tersebut tidak sesuai dengan tingkat kebutuhan kita.
Berikut ini akan diberikan beberapa tip dalam menyimak acara televise agar proses sosialisasi tidak menimbulkan perilaku menyimpang :
1. Tontonlah acara televise sesuai dengan tingkat umur.
2. Orang tua selalu mendampingi anak dan mengarahkan serta memberikan penjelasan tentang acara televise yang dianggap akan memberikan pengaruh pada perkembangan pribadi anak.
3. Tentukan saat kapan melihat televise dan saat kapan tidak meilhat televisi. Maksudnya jangan sampai waktu seharian habis untuk menonton siaran televise ( terutama yang tdak mendidik ).
4. Orang tua memiliki peran yangsangat besar dalam menentukan akses televise bagi anaknya.
5. Ajaklah anak melakukan dialog terhadap acara televise yang telah ditonton, pancinglah mereka untuk dapat berpendapat tentang pengaruh yang ditimbulkan siaran televis baik secara positif maupun negative. Sehingga anak dapat belajar untuk mengambil kesimpulan bahwa siaran televise yang ditontonnya itu akan memiliki pengaruh pada dirinya baik secara positif maupun negative.
6. Jangan disediakan televise pada setiap kamar/ruang tidur anak, karena orang tuan akan mengalami kesulitan dalam mengontrol acara tlevisi yang ditonton anaknya.apalagi dilengkapi dengan sarana internet yang begitu bebasnya untuk mengakses suatu informasi.
7. Kalau memungkinkan orang tua dapat melakukan pemblokiran secara program terhadap acara-acara televise.
Lebih baik mencegah dari pada anak teerlanjur kecanduan televise ( internet ) sehingga orang tua tidak memiliki daya untuk mengaturnya/mengontrolnya. Tujuan semula dengan adanya televise diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan anak secara positif namun pada akhirnya justru perilaku negative anak yang didapat sebagai konsekuensi ketidakberdayaan orang tua dalam menawasinya dalam menonton televise.
Ekasmanda, 14 Mei 09

Georg Simmel ( 1858-1918 )



Lahir di Berlin 1858.Ia menylesaikan studinya dibidang filsafat.
Ia memberikan kontribusi yang cukup besar pada konsep tindakan timbale balik dan ikatan sosial.Naskahnya th 1909 yang berjudul Brucke und tur ( jembatan dan pintu ), baginya kehidupan sosial merupakan gerakan yang tidak henti-hentinya membangun kembali model hubungan antar individu.Tindakan yang dilakukan oleh seseorang akan memberikan pengaruh pada sesamanya.Tindakan ini dituntun oleh keseluruhan motivasi yang beragam dan tanpa pernah berhenti bergerak itulah totalitas seluruh tindakannya yang member kontribusi untuk mempersatukan totalitas individu menjadi masyarakat global.
Menurutnya produk dari tindakan timbal balik itu sebagai”bentuk sosial” ( forms sociale ) yang terdiri dari :
1. Bentuk yang bersifat permanen ( keluarga, Negara, gereja, perusahaan, partai politik dsb ) ini yang disebebut lembaga atau institusi.
2. Bentuk-bentuk yang merupakan skema prabangun dan dengan skema inilah berbagai organisasi dibentuk ( hirarkhi, persaingan, konflik, pengalaman, pembagian kerja dll ) ini merupakan bentuk-bentuk yang tengah terbentuk.
3. Bentuk-bentuk yang membentuk batas umum terjadinya sosialisasi ( politik, ekonomi, hokum, pendidikan dll ) ini disebut konformasi.
4. Bentuk-bentuk yang berlansung singkat berupa ritus-ritus harian ( kebiasaan , makan, berjalan bersama, sentuhan , sopan santun dll )
( Anthony Gidden, 2008 )

Rabu, Mei 13, 2009

Erving Goffman ( 1922-1982 )



Lahir di Kanada, keturunan Yahudi orang tuanya berasal dari Rusia.Ia belajar tentang sosiologi di Chicago.
Pada tahun 1953 ia mempertahankan tesisnya yang berjudul “ cara berkomunikasi di tengah-tengah komunitas penghuni pulau”, merupakan penelitian partisipan di kepulauan Shetland.
Komunikasi menjadi tema dirinya dalam kajian sosiologi.Ia menganalisis interaksi sosial, ritus, kesopanan, pembicaraan dan semua hal yang menjalin hubungan sehari-hari. Interaksi dianggap menjadi dasar kebudayaan. Sistem ini memiliki norma, mekanisme dan regulasi.
Ritual-ritual interaksi dianggap sebagai ajang untuk mengaskan adanya tatanan moral dan sosial.Dalam sebuah pertemuan seorang actor berusaha member citra yang ditentukan oleh dirinya sendiri berupa wajah atau nilai sosial positif yang dituntut seseorang melalui jalur tindakan dan dianggap orang lain memang dijalankan demikian selama terjadinya kontak khusus.
Pada tahun 1965 ia mengarang buku berjudul “La presentation de soi” ( Presentasi Diri ).Pada buku tersebut E Goffman menganalogikan dunia dengan panggung sandiwara dimana individu-individu menjadi actor yang memegang peran dalam hubungan sosial sebagai representasi yang tunduk pada aturan yang baku.Dalam panggung sandiwara itu seseorang harus mampu menampilkan “ kesan realitas “ kepada sesamanya agar bisa meyakinkan gambaran ( citra ) yang hendak diberikan kepada orang lain.Untuk itu ia harus mengadapstasi “permukaan pribadinya lewat peran dan mendramatisasinya, yaitu dengan memasukkan tanda-tanda yang akan memberikan kilau dan relief perilakunya melalui aktivitas yang dilakukannya ( agar perilakuknya tampak tidak keliru ).
Dalam kegiatan penelitiannya E Goffman menekankan pada ‘Pengamatan terlibat”.E Goffman selama kurang lebih satu tahun berada di sebuah rumah sakit St Elizabet , ia berbaur dengan kehidupan dirumah sakit tersebut.Ia mengamati setiap perilaku yang muncul terhadap para pasien.Ia juga menjalani kehidupan seperti sebagai “ orang-orang terasing “.Ia memperlakukan rumah sakit seperti bangunan sosial yang khusus berfungsi sebagai “ penjaga” manusia tanpa menyinggung spesifikasi penyakit yang diderita oleh pasien.Karya terbesar E Goffman adalah Asiles, etudes sur la condition sociale des melades mentaux ( asylum, studi tentang kondisi sosial penderita penyakit mental ).Karya ini baru diterjemahkan dalam bahasa perancis tahun 1968.( Anthony Giddens,2008 )

Senin, Mei 11, 2009

Buku Sekolah Elektronik








Alhamdulillah, pemerintah telah bersungguh-sungguh untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya dengan menerbitkan buku sekolah elektronik dan telah ditetapkan sebagai Buku Teks pelajaran yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 46 Tahun 2007, Permendiknas Nomor 12 Tahun 2008, Permendiknas Nomor 34 Tahun 2008, dan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2008.Penulis mengamati bahwa pada BSE belum semua standar kompetensi yang ada pada kurikulum sudah diakomodir dalam BSE. Dengan program ini diharapkan bahwa warga sekolah dapat memiliki buku panduan belajar yang sudar terstandar. Untuk mengakses buku ini cukup mudah yaitu dengan mengunjungi situs http://bse.depdiknas.go.id/, dengan cara mendaftar terlebih dahulu. Namun sayang masih banyak sekolah yang belum memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah ini secara cuma-cuma.Pihak sekolah lebih memilih cara praktis yaitu dengan bekerjasama dengan suatu percetakan dan memesan sejumlah buku panduan sekolah dan pihak sekolah akan diberikan bonus tertentu. Ini sangat disayangkan karena menurut hemat penulis buku yang dikeluarkan oleh BSE ini jelas lebih memiliki kualitas karena telah disahkan oleh Standar Nasional Pendidikan. Pola seperti ini perlu untuk diubah.
Penulis pernah mencoba mendownload buku dari BSE yaitu buku matematika untuk SD/MI kelas 2 penulisnya Purnomosidi dkk. Buku tersebut memiliki tebal 117 halaman. Rincian biayanya adalah biaya 1. print perlembar saat ini Rp.500,- X 117 = Rp.58.500,-.
2. jilid = Rp. 5.000,-.
Jadi perbuku ini biayanya adalah Rp.63.500,-
Memang, bila proses kepemilikan buku tersebut secara individual cukup mahal, namun hal tersebut bisa kita siasati dengan bekerjasama dengan suatu percetakan sehingga harga dapat ditekan serendah mungkin, misalnya menggunakan kertas buram yang berkualitas, gambar yang berwarna diganti dengan hitam putih, jilidnya disederhanakan dengan jilid yang terjangkau. Bila pihak sekolahan bersunggung-sungguh sebenarnya hal tersebut tidaklah sulit untuk dilakukan.
Dalam pidato Mendiknas pada Hardiknas 2 Mei 2009 juga disinggung bahwa pihak sekolah harus menyediakan buku-buku penunjang pendidikan yang dapat dimasukkan pada perpustakaan sekolah sehingga siswa dapat mempergunakannya sebagai acuan dalam belajar. Seiring dengan adanya buku elektronik ini telah sejalan dengan upaya pemerintah untuk melaksanakan pendidikan yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Jangan sampai pendidikan tersendat karena harga buku kelewat mahal. Bila hal itu terjadi bahwa yang dapat mengenyam pendidikan nantinya adalah masyarakat kelas ber-uang, sedangkan kelas tidak ber-uang hanya akan menjadi penonton dalam perjalanan pendidikan di Indonesia.

Biography of Max Weber ( 1864-1920 )




Lahir di Erfrurt 1864.
Ia menyelesaikan pendidikannya dibidang hokum, ekonomi, sejarah , filsafat dan teologi.Ia termasuk yang ikut menyebarkan ilmu sosiologi yang dianggap masih muda di waktu itu. Max Weber, walaupun menguasai bidang politik namun ia tidak terlibat dalam aksi politik. Ia mengarang buku Le Savant et le politique ( ilmuan dan politik ).
Weber menyatakan bahwa rasionalisasi kehidupan sosial menjadi cirri yang paling signifikan pada masyarakat modern.Menurutnya rasionalisasi menyangkut tiga tipe besar aktifitas manusia yaitu :
1. Tindakan tradisional yang berkaitan dengan adat-iastiadat.Aktivitas sehari-hari seperti makan menggunakan garpu atau cara member salam kepada teman termasuk pada tindakan tradisional.
2. Tindakan afektif yang digerakkan oleh nafsu.
3. Tindakan rasional yang merupakan alat ( instrument), ditujukan kearah nilai yang bermanfaat dan berimplikasi pada kesesuaian antara tujuan dengan cara.

Menurutnya tindakan rasional menjadi ciri masyarakat modern yaitu dirinya sebagai pengusaha kapitalis , ilmuan, konsumen atau pegawai yang bertindak sesuai dengan logika tersebut.Aktivititas manusia merupakan kombinasi dari berbagai tindakan. Jarang sekali aktivitas sosial yang berorientasi pada salah satu jenis tindakan saja. Jenis-jenis aktivitas itu hanya berupa tipe-tipe murni yang dibangun untuk tujuan risert sosiologi.Aktivitas riil itu kurang lebih sebanding dan lebih sering berkombinasi.

Dalam econimie et societe, ia membedakan tiga tipe dominasi :
1. Dominasi tradisional yang didasarkan pada legitimasi karena cirri sakralitas yang melekat kepadanya.contohnya kekuasaan para tuan tanah.
2. Dominasi kharismatik adalah dominasi suatu perorangan/personalitas tertentu dan dikaruniai aura khusus.Pemimpin kharismatik membesarkan kekuatan untuk menyakinkan dan kapasitasnya untuk mengumpulkan dan memobilisasi banyak orang. Ketaatan pada pemimpin semacam ini terkait dengan factor-faktor emosional yang berhasil dibangkitkan, dipertahankan dan dikuasainya.
3. Dominasi “legal-rasional “ yang bertumpu pada hokum formal dan impersonal. Dominasi ini terkait dengan fungsi, dan bukan pada person. Kekuasaan dalam organisasi modern dijustifikasi lewat kompetensi, rasionalitas dan bukan pada kekuatan sihir. Kepatuhan pada tipe ini didasarkan pada sebuah kitab hokum. ( Philippe Cabin, 2008 )

Biography of Alexis de Tocqueville



Lahir di Perancis 29 Juli 1805, meninggal 1859 di Cannes.
Pada usia 20 tahun ia mengembara ke Amerika Serikat untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang menyelimutinya, yaitu apakah kesetaraan dalam berbagai kondisi ( system pemerintahan ) sudah sesuai dengan praktik kebebasan ? dan dengan memberikan hak pemungutan suara kepada seluruh warga tanpa kecuali itu tidaklah menyebabkan demokrasi menjadi anarkhi ? Kemudian ia mengarang sebuah buku de la demokratie en Amerique.
Dalam karyanya itu ia mengatakan bahwa kesetaraan harus dibatasi pada praktek kewarganegaraan karena tanpa itu kesetaraan akan merusak kebebasan. Deokrasi dijalankan dari dalam melalui evolusi-evolusi yang bisa berganti-ganti, kadang tidak condong ke anarkhi dan kadang tidak condong ke despositasme.Karena adanya persaingan , maka individu tidak pernah memulai berkompetisi dengan peluang yang sebanding.Dengan demikian individu-individu tersebut lebih memilih kesetaraan daripada kebebasan, mereka merasa cukup dengan kekuasaan yang kuat, kecuali kekuasaan itu melarang salah satu atau beberapa diantara mereka untuk berkembang melebihi yang lain.

Ia mengangap bahwa revolusi perancis merupakan titik akhir dari sejumlah evolusi yang muncul selama berabad-abad tegaknya monarkhi absolute, terutama dalam masalah sentralisasi kekuasaan.Oleh Raymond Aron menganuearahi Tocqueville sebagai pendiri sosiologi sejajar dengan Auguste acomte. ( Philippe cabin,2008)

Minggu, Mei 10, 2009

Trim Buat Pemkab


assalaamu'alaikumwarohmatullohiwabarokatuh
Trimakasih saya ucapkan kepada Pemerintah Kabupaten Kebumen yang telah memberikan akses hotspot gratis bagi rakyat ( kebumen khususnya ). Mohon jaringan akses hotspot untuk rakyat diperluas jangkauannya sehingga dapat dinikmati oleh warga kebumen yang berada jauh dari pusat perkotaan.Syukur nanti tiap-tiap kecamatan, desa diberikan fasilitas hotspot gratis untuk rakyat.

Semoga Pemkab Kebumen ke depan dapat meningkatkan kualitas sumber daya masyarakatnya. Dengan adanya jaringan hotspot area gratis untuk rakyat ini memiliki manfaat yang cukup besar bagi warga masyarakat untuk memperoleh sejumlah informasi yang dibutuhkan.

Maju terus Pemkab Kebumen,
salam dari ekasmanda.
wassalaamu'alaikumwarohmatullohiwabarokatuh

Sabtu, Mei 09, 2009

biograraphy of Socrates




Socrates lahir di Athena tahun 470 SM, meninggal tahun 399 SM. Bapaknya seorang pembuat patung dan ibunya seorang bidan.Pada awalnya ia mengikuti jejak bapaknya yaitu membuat patung.
Socrates bergaul dengan semua orang, semua lapisan, tua muda, miskin kaya dsb.Ia adalah seorang yang pandai mengendalikan hawa nafsunya, ia pandai menguasai dirinya. Filsafat yang ia miliki diaktualisasikan dalam perbuatan.
Socrates mengarahkan perhatiannya pada manusia sebagai obyek pemikiran filsafatnya.Dalam mengajarkan ilmunya ia tidak pernah meminta bayaran dari orang yang telah diajarnya.Sehingga ia banyak ditentang oleh tokoh-tokoh sezamannya.Socrates juga dituduh telah mengajarkan faham baru yang merusak generasi muda.
Socrates dengan pemikiran filsafatnya selalu berusaha untuk menyelidiki masnusia secara keseluruhan. Yakni dengan cara menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah, di mana keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan.Socrates menggunakan metode dialektis-kritis ( dialektika )yaitu mengandung arti “ dialong antar dua pendirian yang bertentangan atau perkembangan pemikiran dengan pertemuan anta ride.Sehingga Socrates tidak mau begitu saja menerima pendirian dari orang lain sebelum ia analisa.Socrates berpandangan bahwa seorang ahli harus dapat memberikan argumentasi yang benar maka pengetahuan tersebut baru dapat diterima.
Dalam memberikan pelajaran kepada murid-muridnya, ia tidak dengan cara menjelaskan namun dengan mengajukan pertanyaan, menunjukkan kesalahan logika dari jawaban dan menanyakan lebih jauh lagi tentang suatu hal. Sehingga para siswanya dilatih untuk mampu memperjelas ide-iden mereka sendiri dan dapat mendefenisikan konsep yang mereka maksud dengan lebih detail.
Socrates percaya bahwa manusia ada untuk suatu tujuan dan bahwa salah dan benar memainkan peranan yang sangat penting dalam mendefinikan hubungan antara seseorang dengan lingkungan dan sesamanya.Pepatah dari Socrates yang terkenal adalah “Kenalilah Dirimu “.Socrates berpendapat bahwa kebaikan beasal dari pengetahuan diri, dan manusia pada dasarnya jujur, dan kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan yang membebani kondisi seseorang.
Dengan membaca filsafat hidup dari Socrates maka kita dapat mengambil hikmah dalam kehidupan ini sehingga kita dapat menciptakan masyarakat yang damai, sejahtera dan seimbang. ( Choirul Makhfud, 2009 , p. 6)

Jumat, Mei 08, 2009

Sertifikasi Guru .......tanggung jawab bersama

Kita perlu bersyukur bahwa pemerintah bersungguh-sungguh untuk meningkatkan kesejahteraan guru “dengan syarat “ telah lulus uji kompetensi guru melalui Sertifikasi Guru. Dasar hukumnya adalah…PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN.Coba perhatikan pasal 2 ayat 3 yang berisi segudang kemampuan yang harus dikuasai yaitu.. kualifikasi akademik;
a. pendidikan dan pelatihan;
b. pengalaman mengajar;
c. perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran;
d. penilaian dari atasan dan pengawas;
e. prestasi akademik;
f. karya pengembangan profesi;
g. keikutsertaan dalam forum ilmiah;
h. pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan
i. penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan (http://www.sertifikasiguru.org/)
Dengan harapan seorang guru yang telah lulus uji kompetenti baik melalui penilaian portofolio maupun PLPG memiliki profesionalisme dalam segala aspek pendidikan.Bagi guru yang dinyatakan lulus uji sertifikasi akan mendapatkan tunjangan sebesar satu kali gaji pokok.Dengan tunjangan ini diharapkan semangat, motivasi, kreatifitas dalam melaksanakan peran sebagai pendidik dapat semakin baik dan meningkatkan.Pada gilirannya nanti diharapkan mutu pendidikan di Indonesia akan semakin membaik.
Semua yang terurai diatas adalah sesuatu yang sangat didambakan, bahwa guru adalah sosok yang professional sehingga bekerja secara professional.
Diakui atau tidak bahwa ternyata pemerintah perlu untuk terus memantau secara periodic terhadap kompetensi tenaga pendidik.Hal ini perlu dilakukan karena dimungkinkan kemampuan akademik dapat menalami pemudaran/menipis. Dengan adanya upaya pemantauan dan tindak lanjut secara berkesinambungan maka kompetensi tenaga pendidik dapat terjaga sehingga mutu pendidikan dapat terus ditingkatkan. Dimungkinkan pula bila tidak ada tindak lanjut setelah dinyatakan lulus sertifikasi guru maka akan muncul suatu anggapan bahwa seseorang akan merasakan “ ayem “ ( yang pentingkan saya sekarang sudah lulus sertifikasi guru ) sehingga semangat, upaya untuk terus menjaga kompetenti yang telah dikuasai akan kembali pada keadaan semula seperti sebelum dilakukan sertifikasi guru.
Pemerintah juga harus bertanggung jawab untuk terus menjaga kompetensi guru yang telah diraih melalui sertifikasi guru. Misalnya dengan banyak melakukan pelatihan-pelatihan, workshop, penataran, seminar, simulasi dan masih banyak kegiatan yang dapat dirancang oleh pemerintah. Pemerintah jangan dengan semena-mena menyalahkan tenaga pendidik bila kemampuan akademiknya mengalami penurunan. Maka idealnya upaya menjaga konsistensi kemampuan profesionalisme tenaga pendidik dilakukan baik oleh tenaga pendidik itu sendiri, institusi pendidikan dimana ia berada, lembaga pendidikan lainnya maupun pemerintah ( dinas terkait ).Sehingga dengan upaya berbagai pihak maka hasil secara optimal terhadap peningkatan kompetensi guru dapat lestari.Beberapa waktu yang lalu ada beberapa sekolah yang bekerja sama dengan pihak LPMP melakukan workshop tentang ICT. Sehingga dengan kepelatihan dibidang teknologi ( e-learning ) maka kemampuan tenaga pendidik dapat berhasil.Namun apabila semua pihak hanya berpangku tangan, tak ada upaya untuk melakukan kegiatan dalam rangka peningkatan kompetensi guru maka jangan harap kompetensi guru dapat dijaga. Maka semua pihak harus memiliki tanggung jawab untuk terus meningkatkan kemampuan profesionalisme tenaga pendidik. amiiiinn
Seoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang memiliki kepedulian meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Mari kita jadikan hardiknas tahun ini /2009 sebagai momen untuk terus meningkatkan kemampuan sebagai tenaga pendidik sehingga bangsa ini dapat lebih berkiprah di dunia internasional.
Mohon maaf bila tulisan ini kurang berkenan.

Rabu, Mei 06, 2009

Pentingnya Memasyarakatkan Sosiologi

Melihat berbagi fenomena sosial blakangan ini yang lebih mengarah kepada banyaknya deviasi sosial maka tampaknya peran Sosiologi perlu ditingkatkan dalam upaya untuk mengatasi berbagai masalah sosial.
Bila sosiologi hanya dipandang sebagai ilmu teoritis saja maka kemanfaatan dari ilmu sosiologi itu sendiri tidaklah optima. Sosiologi dalam pandangan tersebut hanya untuk mengejar kemampuan/kecakapan akademik belaka.Boleh jadi seseorang dapat memperoleh nilai 10 dirapor namun ia tidak memiliki kemampuan dalam bradaptasi, merespon dan mengambil keputusan yang bijak dalam menapaki langkah-langkah kehidupan.
Memang benar dalam ilmu sosiologi terdapat banyak sekali teori-teori ilmu bermasyarakat, misalnya teori tentang nilai, norma, interaksi sosial, sosialisasi, perilaku menyimpang, pengendalian sosial, konflik dan keteraturan sosial, diferensiasi sosial, pelapisan sosial, pranata sosial, perubahan sosial, mobilitas sosial dan masih banyak teori-teori yang lain. Namun demikian teori-teori ilmu bermasyarakat tersebut semakin menjadi penting untuk ditransfer dalam kehidupan sehari-ha ri. Setiap warga masyarakat yang memiliki tanggung jawab yang sama dalam menciptakan ketertiban sosial perlu untuk memiliki pengetahuan tentang ilmu sosiologi. Ilmu sosiologi yang sarat dengan teori itu diharapkan menjadi referensi warga masyarakat dalam berinteraksi sosial.
Secara kongkrit dapat digambarkan sebagai berikut :
Teori tentang peranan sosial :
Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku di masyarakat. ( Suryono Sukanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 1990, hal.269).
Penjelasan :
Peran /peranan yang dimiliki seseorang merupakan aspek dinamis dari status yang disandangnya. Misal, seseorang berstatus sebagai guru maka ia harus berperan sebagai guru yang memiliki tugas, tanggung-jawab dan hak-hak sebagai guru. Dalam pelaksanaannya peran guru tersebut diatur oleh norma-norma yang berlaku sehingga seorang guru dalam melaksanakan tugasnya harus berpedoman pada norma tersebut. Bila hal itu tidak dipahami secara benar maka peran guru tersebut dapat bergeser pada peran-peran yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
Sebgai contoh : sering kita lihat dibeberapa media masa seorang guru menganiaya muridnya.
Dengan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi perlu untuk dimasyarakatkan sehingga warga masyarakat dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kaidah norma yang berlaku sehingga akan tercipta keteraturan, keseimbangan, ketertiban sosial dan menjamin kelangsungan hidup bermasyarakat dengan baik.
Salam persahabatan untuk semua, dari eka, kebumen, 07 Mei 2009

Selasa, Mei 05, 2009

Perlunya Perberdayaan Komite Sekolah

Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi membuka peluang masyarakat untuk dapat meningkatkan peran serta dalam pengelolaan pendidikan. Salah satu upaya untuk mewujudkan peluang tersebut adalah melalui Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, yang mengacu kepada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) 2000–2004. Sebagai penjabaran dari undang-undang tersebut, telah diterbitkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

Dalam rangka pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah tersebut, diperlukan adanya buku PANDUAN UMUM DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pelaksanaan bagi semua elemen masyarakat yang akan membentuk Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah atau memperluas peran, fungsi, dan keanggotaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah yang telah ada. Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah diharapkan dapat memacu usaha pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan, selaras dengan konsepsi partisipasi berbasis masyarakat (community-based participation) dan manajemen berbasis sekolah (school-based management) yang kini tidak hanya menjadi wacana, tetapi telah mulai dilaksanakan di Indonesia.

Buku Panduan ini disusun oleh Tim Pengembangan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, yang komposisinya meliputi unsur Departemen Pendidikan Nasional (Ditjen Dikdasmen, Ditjen PLSP, Biro Hukum dan Organisasi, Balitbang Diknas), Departemen Dalam Negeri (Ditjen Bina Bangda), Departemen Agama (Ditjen Kelembagaan Agama Islam), Bappenas (Direktorat Agama dan Pendidikan), para pakar, dan praktisi pendidikan.

Kami menyambut baik penerbitan Buku Panduan ini. Semoga penerbitan Buku Panduan Umum ini dapat mendorong semangat dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan yang demokratis, transparan, dan akuntabel.


Direktur Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah,




Dr. Ir. Indra Djati Sidi

NIP 130672115


Dasar Hukum


Dasar hukum yang digunakan sebagai pegangan dalam pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, termasuk pelaksanaan program kegiatan sosialisasi dan fasilitasi, adalah sebagai berikut:

1.Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2.Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
3.Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
Propenas) 2000 – 2004.
4.Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1992 tentang Peran serta Masyarakat
dalam Pendidikan Nasional.
5.Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan pemerintah
dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.
6.Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan
pendidikan dan Komite Sekolah.
7.Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor
559/C/Kep/PG/2002 tentang Tim Pengembangan Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peran Komite Sekolah

Keberadaan Komite Sekolah harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di satuan pendidikan/sekolah. Oleh karena itu, pembentukan Komite Sekolah harus memperhatikan pembagian peran sesuai posisi dan otonomi yang ada. Peran Komite Sekolah adalah :

1. Sebagai lembaga pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan
2. Sebagai lembaga pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
3. Sebagai lembaga pengontrol (controlling agency) dalam rangka ransparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
4. Sebagai lembaga mediator (mediator agency) antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan.



Keanggotaan Komite Sekolah
Keanggotaan Komite Sekolah berasal dari unsur-unsur yang ada dalam masyarakat. Di samping itu unsur dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan, Badan Pertimbangan Desa dapat pula dilibatkan sebagai anggota. Anggota Komite Sekolah dari unsur masyarakat dapat berasal dari komponen-komponen sebagai berikut:

1.

Perwakilan orang tua/wali peserta didik berdasarkan jenjang kelas yang dipilih secara demokratis.
2.

Tokoh masyarakat (ketua RT/RW/RK, kepala dusun, ulama, budayawan, pemuka adat).
3.

Anggota masyarakat yang mempunyai perhatian atau dijadikan figur dan mempunyai perhatian untuk meningkatkan mutu pendidikan.
4.

Pejabat pemerintah setempat (Kepala Desa/Lurah, Kepolisian, Koramil, Depnaker, Kadin, dan instansi lain).
5.

Dunia usaha/industri (pengusaha industri, jasa, asosiasi, dan lain-lain).
6.

Pakar pendidikan yang mempunyai perhatian pada peningkatan mutu pendidikan.
7.

Organisasi profesi tenaga pendidikan (PGRI, ISPI, dan lain-lain).
8.

Perwakilan siswa bagi tingkat SLTP/SMU/SMK yang dipilih secara demokratis berdasarkan jenjang kelas.
9.

Perwakilan forum alumni SD/SLTP/SMU/SMK yang telah dewasa dan mandiri.
Fungsi Komite Sekolah

Untuk menjalankan peran yang telah disebutkan di muka, Komite Sekolah memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (Perorangan/organisasi/dunia usaha dan dunia industri (DUDI)) dan pemerintah berkenaan dengan penyelengaraan pendidikan bermutu.
3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan olej masyarakat.
4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai :

1. Kebijakan dan program pendidikan
2. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
3. Kriteria kinerja satuan pendidikan
4. Kriteria tenaga kependidikan
5. Kriteria fasilitas pendidikan.
6. Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan

1. Mendorong orang tua siswa dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu pendidikan dan pemerataan pendidikan.
2. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelengaraan pendidikan di satuan pendidikan.
3. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

Berdasarkan dasar hukum dan uraian di atas, idealnya Komite memiliki peran dan fungsi yang sangat besar bagi kemajuan pendidikan di suatu sekolah. Idealnya semua unsur komite sekolah dapat menjalankan fungsi/perannya secara optimal.Namun pada kenyataannya semua unsur/elemen komite sekolah hanya menjadi "tukang cap/stempel"/hanya sebagai bagian yang mengesalkan suatu program sekolah.Yang mengherankan justru Kepala Sekolah lah yang masih dominan dalam menentukan gerak langkah suatu sekolah.
Idealnya dengan ketentuan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa semua elemen dalam komite sekolah memiliki peran, yang tidak boleh dikesampingkan oleh pihak sekolah.Kalau pada kenyataannya keterlibatan komite sekolah hanya sebatas tukang stempel maka sulitlah kirannya mutu pendidikan dapat ditingkatkan.

Idealnya seluruh program, proses pelaksanaan rencana dan evaluasi serta refleksi suatu sekolah pelibatan komite sekolah menjadi suatu keharusan yang tidak dapat ditinggalkan.Bila peran komite di marginalkan oleh pihak-pihak tertentu maka perubahan bidang pendidikan yang diharapkan dengan adanya ketentuan komite sekolah hanyalah tinggal program belaka.

Idelanya perlu dibangun komitmen bersama dan kesungguhan dari semua elemen komite sekolah untu lebih memberdayakan komite sekolah dalam perjalanan proses pendidikan di suatu sekolah. Pihak komite sekolah harus menyatakan keberaniannya untuk merevisi bahkan menolak program sekolah bila dianggap kurang edukatif. Begitu pula Komite Sekolah harus punya keberanian untuk merencanakan suatu program pendidikan ( beserta elemen yang lain ) dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

Senin, Mei 04, 2009

Cara Posting Quiz Online/Soal Online di Blog

Berikut ini tahapan dalam membuat dan mem-posting quiz online/soal online di blog .Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :


1. masuk ke www.proprofs.com
2. klik Quiz School




3.register



4. login




5. Create A Quiz



6. Create Scored Quiz


7.Mengisi data soal dan pilih bentuk soal ( misalnya Multiple C. )



8. Tentukan kode Share/embed ; lalu copy dan pastekan dihalaman posting atau tambah widged baru.

Terima kasih atas komentar Bp.Hariyono, dari Kediri, semoga dapat membantu perbaikan Blog ini,
salam persahabatan untuk semua.
Dari eka , kebumen, 4 April 2009.

Sabtu, Mei 02, 2009

Pendidikan ku , oh pendidikanku..

Pendidikan ku , oh pendidikanku..
Hasil penelitian United Nation Development Programe (UNDP) pada tahun 2007 tentang Indeks Pengembangan Manusia menyatakan Indonesia berada pada peringkat ke-107 dari 177 negara yang diteliti (http://mediaindonesia.com/index.php?ar_id=NDMOjY=. Hal tersebut perlu kita cermati, karena di era globalisasi ini, tingkat pendidikan warga masyarakat sangatkat berperan dalam menentukan persaingan dengan Negara-negara lain. Pada kenyataaanya seiring dengan pemililu, presiden ganti, mentri ganti begitu pula kurikulum pendidikan juga ikut ganti.Tentunyan perubahan kurikulum tersebut mengandung makna suatu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.Namun pada kenyataannya( yang di lapangan ) menangkap sinyal bahwa dengan pergantian kurikulum yang tidak dilengkapi dengan infra struktur/pelengkap penunjang kurikulum yang memadahi hanya akan mengakibatkan hsil pendidikan yang dihasilkan tidak dapat mencapai puncak. Semisal dengn kurikulum KTSP dengan system penilaiannya yang mencakup tiga aspek yaitu kognitif, psykomotor dan afektif , telah menandakan keseriusan pemerintah untuk merengkuh tiga aspek tersebut dalam dunia pendidikan di Indonesia. Namun pada kenyataannya aspek yang pertamalah yang menjadi target utama, sedangkat aspek psykomotor dan afektif hanya sebagai pelengkap.
Realita di dunia pendidikan pencapaian nilai kognitif “lebih banyak”mengabaikan aspek yang lain.Terkadang seorang tenaga pendidik digiring untuk lebih mengutamakan pencapaian nilai kognitif tersebut. Para guru seolah tiada berdaya dalam menghadapi fenomena pendidikan ini, guru yang obyektif dalam memberikan nilai siswa, sering berbenturan dengan “system”. Coba perhatikan beberapa hal dibawah ini:
….pak kalau memberikan nilai pada siswa jangan pelit-pelit.
….pak kalau ngawasi ujian jangan ketat-ketat.
….kalau banyak siswa yang gak lulus, sekolah kita kedepan gak dapat murid
….pak anak kami tolong dibantu nilai rapornya agar bias diterima di sekolah tinggi bermutu.
Tentunya masih banyak pernyataan-pernyataan lain di lapangan.
Pada diri siswa tidak ditekankan bahwa kompetisi yang sehat, obyektif dan jujur, hal itu sangat penting dalam menghadapi era globalisasi ini.Bila ini terus dipertahankan , kita akan menghasilkan generasi yang lemah. Akibatnya Negara Indonesia akan berada dalam papan bawah percaturan dunia Internasional.
Sedang kan upaya untuk lebih meningkatkan kualitas peserta didik dalam aspek psykomotor dan afektif menjadi prioritas yang ke dua dank e tiga, sesuai dengan urutan penulisan dirapor.Sehingga daya upaya sekolah lebih difokuskan bagaimana nilai-nilai/angka kognitif dapat maksimal.Celakanya praktek-praktek yang tidak mendidik sering dilakukan untuk mencapai hal tersebut.Dengan kata lain “ sing penting bocah pinter, masalah akhlak iku nomer loro”.( Yang penting kognitif siswa pandai, masalah akhlak itu urutan ke dua ).

Idealnya, semua pihak harus dapat berbuat dengan adil, jujur, obyektif dalam melaksanakan system pendidikan dan menerima hasil pendidikan .Orang tua siswa pun harus siap menerima manakala anaknya tidak naik kelas, tidak lulus atau dikembalikan ke orang tua.Tampaknya kita perlu menumbuhkan sikap mental yang sehat dalam manghadapi kenyataan obyektifitas pendidikan
Upaya untuk meluruskan “benang ruwet” diatas tidaklah mudah karena tampaknya telah menjadi “konsep yang mengakar” di masyarakat.Kita tidak boleh menyerah untuk bersama-sama memperbaiki system pendidikan

Jumat, Mei 01, 2009

Biography of Talcott Parsons




(1902-1979) Talcott Parsons was one of America's most distinguished and influential sociologists, and the author of the classic studies The Structure of Social Action and The Social System. He received his A.B. from Amherst College, studied at the London School of Economics, and earned his Dr. Phil. at the University of Heidelberg. He retired in 1977 as Professor of Sociology at Harvard University, where he had served for a time as Chairman of the Department of Social Relations, and died shortly therafter
Professor Parsons was a member and former President of the American Academy of Arts and Sciences. Among his numerous books are Essays in Sociological Theory, Social Structure and Personality, Politics and Social Structure, Economy and Society, with Neil J. Smelser, and The American University , with Gerald M. Platt.

Sumber artikel :http://www.sociosite.net

Biography Park, Robert E



Park, Robert E(zra)
(born Feb. 14, 1864, Harveyville, Pa., U.S.—died Feb. 7, 1944, Nashville, Tenn.) U.S. sociologist. After 11 years as a newspaper reporter, Park attended various universities and studied with scholars such as John Dewey, William James, Josiah Royce, and Georg Simmel. He then worked for Booker T. Washington and later taught at the University of Chicago—where he was a leading figure in the “Chicago school” of sociology, characterized by empirical research and the use of human ecology models—and at Fisk University. He is noted for his work on ethnic groups, particularly African Americans, and on human ecology, a term he has been credited with coining. Park wrote Introduction to the Science of Sociology (1921) and The City (1925) with Ernest W. Burgess; Race and Culture (1950) and Human Communities (1952) were published posthumously.

sumber artikel : http://encyclopedia2.thefreedictionary.com