Karnaval merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh beberapa masyarakat Indonesia, tidak terkecuali masyarakat Kebumen. Berbagai hasil pembangunan di sajikan dalam acara karnaval tahun ini. Kedepan kegiatan karnaval ini perlu ditata sedemikian rupa sehingga pelaksanaan karnaval ini dapat berjalan dengan baik.u yang terbuang.Jarak antara peserta satu dengan yang lain cukup jauh sehingga banyak wakt Hingga pukul 17.30 kegiatan ini belum selesai sehingga banyak pononton telah meninggalkan tempat. Lebih baik dilaksanakan pagi hari sehingga waktu lebih longgar sehingga semua peserta karnaval dapat menunaikan kegiatan karnaval hingga tuntas, atau diatur sedemikian rupa sehingga karnaval dapat berjalan dengan baik.Berikut ini adalah beberapa gambar kegiatan karnaval di Kebumen
Kamis, Agustus 20, 2009
Sabtu, Agustus 15, 2009
Assalammualaikum
Bagi anda yang ingin menjelajahi peta di dunia , lengkap dengan informasi didalamnya, dapat anda kunjungi situs ini...http://www.panoramio.com/map/#lt=-7.648812&ln=109.679089&z=2&k=2&a=1&tab=1....
semoga informasi ini bermanfaat....wasaalam
Bagi anda yang ingin menjelajahi peta di dunia , lengkap dengan informasi didalamnya, dapat anda kunjungi situs ini...http://www.panoramio.com/map/#lt=-7.648812&ln=109.679089&z=2&k=2&a=1&tab=1....
semoga informasi ini bermanfaat....wasaalam
Label:
MATERI PELAJARAN SOSIOLOGI
Hasil Pengamatan Siswa di Buluspesantren
DI BALIK LAYAR PERTANDINGAN SEPAK BOLA MEMPERINGATI HARI KEMERDEKAAN RI di DESAKU
Seperti biasa setiap mendekati bulan agustus di Desaku mengadakan pertandingan sepak bola antar pedukuhan se desa Bocor,Buluspesantren Kabupaten Kebumen. Setelah 2 tahun belakangan ini tidak diadakan dikarenakan sering terjadi disintegrasi antar pedukuhan dengan pedukuhan lawannya setelah selesai bertanding. Namun untuk tahun ini digelar kembali pertandingan sepak bola sepedukuhan di desa Bocor tersebut.
Untuk tahun-tahun sebelumnya saya hanya perperan sebagai penonton karena dianggap belum cukup umur untuk ikut bertanding dengan lawan-lawan yang kebanyakan orang-orang tua di dalamnya. Untuk tahun ini aku terlibat di dalamnya sebagai pemain dan aku baru tahu hal-hal apa saja yang ada didalamnya. Di sinilah aku akan melakukan pengamatan social,sebenarnya bagaimana sih hal-hal di dalamnya..??Dari mulai persiapan 1-2 hari sebelum giliran bertanding sampai selesainya pertandingan.
Tahun ini pertandingan telah berlangsung sejak pertengahan bulan Juli lalu.
Pedukuhanku yaitu pedukuhan Pedati merupakan juara bertahan 2 x berturut-turut,untuk itu kami punya beban untuk mempertahankannya.
Dukuhku harus 5 kali bertanding. Pada saat akan pertandingan pertama mereka para pemain termasuk aku didalamnya berkumpul pada malam jum’at. Mulai dari sinilah aku mulai tahu kebiasaan-kebiasaan yang dari dulu dilakukan tiap tahunnya. Ternyata kita digiring menuju pemakaman yang ada di Dukuhku. Kita menuju sebuah makam yang disebut sebut sebagai makam orang tertua di Dukuhku, sebut saja sebagai “makam Mbae di Dukuh pedati”. Entah apa yang dilakukan, aku sendiri juga tidak tahu,,mungkin yasinan,,atau apa??
Tapi yang jelas selah selesai para seseorang yang di depan membakar kemenyan dan masing-masing pemain maju satu-satu menuju kemenyan yang dibakar tadi. Berdoa sebentar sambil menjulurkan kedua tangan diatas kemenyan tadi. Setelah selesai, tangan tadi diusapkan ke dua kaki dan tangan. Mungkin kepercayaan mereka itu bisa menbuat kakinya kuat. Setelah masing-masing pemain telah mendapat giliran kamipun pulang.
Malam sebelum pertandingan kamipun berkumpul lagi dan hal yang sama tadipun dilakukan kembali.
Sore sebelum bertanding kami berkumpul sekitar pukul 15.00. Sebelum berangkat kamipun digiring kembali menuju makam Mbae tadi.Banyak yang bilang untuk pamit dan minta restu pada Mbae. Suatu kepercayaan yang dijalankan sebelum tiba waktu giliran bertanding. Hal-hal yang sama juga dilakukan pada tiap-tiap pertandingan-pertandingan berikutnya.
Dan ternyata masih banyak juga hal yang baru saya ketahui setelah ikut dalam pertandingan ini. Sesaat sebelum pertandingan di tengah lapangan dimilai, ternyata banyak juga dari team dukuh lain yang menaruh kembang dan kemenyan di tiap-tiap gawang dan tiap-tiap sudut lapangan.
Saat pertandingan dimulai,ternyata di sini skill bukanlah factor pertama yang dibutuhkan, melainkan kekuatan fisik,otot dan mental yang kuat, karena pertandingan sepak bola di desa berbeda dengan pertandingan di sekolah antar teman. Tidak hanya para pemain yang bertanding yang perasaannya mulai memanas, para seporter dari kedua belah pihakpun mulai cek-cok dengan mengeluarkan kata-kata yang sebenarnya tidak pantas. Di sinilah mental pemain diperlukan untuk kata-kata seporter dari team lain yang ditujukan padanya. Saya pernah mendengar sendiri dari dalam lapangan suatu perkataan yang tertuju padaku..”tugel bae kae sikil karo tangane,gempori!!!!!!”(dalam bahasa Kebumen)...ternyata memang kebanyakan pemain belakang (back) dari masing-masing dukuh di tugaskan untuk hal-hal tersebut, melumpuhkan pemain yang dinilai pandai agar bagian tubuh mereka dapat terluka dan akhirnya keluar dari pertandingan, sehingga lawan sudah tidak lagi memiliki pemain yang baik di dalam pertandingan.
Setelah selesai, pulang dan berkumpul, merekapun saling membicarakan apa yang terjadi di pertandingan tadi. Ada yang bilang dengan puasnya bahwa tadi dapat mencederai kaki si “A”, ada yang amat kesal karna dirinya sendiri yang dicederai, ada yang sebagai supporter bilang kalau ada isu-isu bahwa si “A" di incar untuk di cederai dalam pertandingan tadi, dan masih banyak lagi perbincangan-perbincangn yang menurutku sangat tidak layak dilakukan. Ironis memang,namun itulah adanya. Dengan segala cara mereka laukan untuk bisa menang. Bukan hadiah yang mereka pertahankan melainkan harga diri yang dibawa masing-masing pedukuhan.
Ternyata di tiap kekalahan bukan kalah dalam skill bermain sepak bola yang kebanyakan orang bicarakan, melainkan kebanyakn orang bilang hal itu disebabkan karena“kalah dukun”. Ya,ternyata di tiap-tiap dukuh masing-masing memiliki seseorang yang sebut saja “orang pintar”, termasuk di Dukuhku sendiri.
Mungkin bagi para orang yang belum tahu, pertandingn tersebut merupakan sebuah pertandingan yang dinilai biasa. Dan sebelum aku ikut serta sebagai pemain di Dukuhkupun aku menilai seperti itu..
Memang inilah suatu hal yang ada di baliknya, dan dilakukan tiap tahunnya untuk persiapan pertandingan sepak bola dalam memperingati hari kemerdekaan.
_TERIMA KASIH_
NAMA : NANA S
KELAS : XII IS 2
NO : 27
Seperti biasa setiap mendekati bulan agustus di Desaku mengadakan pertandingan sepak bola antar pedukuhan se desa Bocor,Buluspesantren Kabupaten Kebumen. Setelah 2 tahun belakangan ini tidak diadakan dikarenakan sering terjadi disintegrasi antar pedukuhan dengan pedukuhan lawannya setelah selesai bertanding. Namun untuk tahun ini digelar kembali pertandingan sepak bola sepedukuhan di desa Bocor tersebut.
Untuk tahun-tahun sebelumnya saya hanya perperan sebagai penonton karena dianggap belum cukup umur untuk ikut bertanding dengan lawan-lawan yang kebanyakan orang-orang tua di dalamnya. Untuk tahun ini aku terlibat di dalamnya sebagai pemain dan aku baru tahu hal-hal apa saja yang ada didalamnya. Di sinilah aku akan melakukan pengamatan social,sebenarnya bagaimana sih hal-hal di dalamnya..??Dari mulai persiapan 1-2 hari sebelum giliran bertanding sampai selesainya pertandingan.
Tahun ini pertandingan telah berlangsung sejak pertengahan bulan Juli lalu.
Pedukuhanku yaitu pedukuhan Pedati merupakan juara bertahan 2 x berturut-turut,untuk itu kami punya beban untuk mempertahankannya.
Dukuhku harus 5 kali bertanding. Pada saat akan pertandingan pertama mereka para pemain termasuk aku didalamnya berkumpul pada malam jum’at. Mulai dari sinilah aku mulai tahu kebiasaan-kebiasaan yang dari dulu dilakukan tiap tahunnya. Ternyata kita digiring menuju pemakaman yang ada di Dukuhku. Kita menuju sebuah makam yang disebut sebut sebagai makam orang tertua di Dukuhku, sebut saja sebagai “makam Mbae di Dukuh pedati”. Entah apa yang dilakukan, aku sendiri juga tidak tahu,,mungkin yasinan,,atau apa??
Tapi yang jelas selah selesai para seseorang yang di depan membakar kemenyan dan masing-masing pemain maju satu-satu menuju kemenyan yang dibakar tadi. Berdoa sebentar sambil menjulurkan kedua tangan diatas kemenyan tadi. Setelah selesai, tangan tadi diusapkan ke dua kaki dan tangan. Mungkin kepercayaan mereka itu bisa menbuat kakinya kuat. Setelah masing-masing pemain telah mendapat giliran kamipun pulang.
Malam sebelum pertandingan kamipun berkumpul lagi dan hal yang sama tadipun dilakukan kembali.
Sore sebelum bertanding kami berkumpul sekitar pukul 15.00. Sebelum berangkat kamipun digiring kembali menuju makam Mbae tadi.Banyak yang bilang untuk pamit dan minta restu pada Mbae. Suatu kepercayaan yang dijalankan sebelum tiba waktu giliran bertanding. Hal-hal yang sama juga dilakukan pada tiap-tiap pertandingan-pertandingan berikutnya.
Dan ternyata masih banyak juga hal yang baru saya ketahui setelah ikut dalam pertandingan ini. Sesaat sebelum pertandingan di tengah lapangan dimilai, ternyata banyak juga dari team dukuh lain yang menaruh kembang dan kemenyan di tiap-tiap gawang dan tiap-tiap sudut lapangan.
Saat pertandingan dimulai,ternyata di sini skill bukanlah factor pertama yang dibutuhkan, melainkan kekuatan fisik,otot dan mental yang kuat, karena pertandingan sepak bola di desa berbeda dengan pertandingan di sekolah antar teman. Tidak hanya para pemain yang bertanding yang perasaannya mulai memanas, para seporter dari kedua belah pihakpun mulai cek-cok dengan mengeluarkan kata-kata yang sebenarnya tidak pantas. Di sinilah mental pemain diperlukan untuk kata-kata seporter dari team lain yang ditujukan padanya. Saya pernah mendengar sendiri dari dalam lapangan suatu perkataan yang tertuju padaku..”tugel bae kae sikil karo tangane,gempori!!!!!!”(dalam bahasa Kebumen)...ternyata memang kebanyakan pemain belakang (back) dari masing-masing dukuh di tugaskan untuk hal-hal tersebut, melumpuhkan pemain yang dinilai pandai agar bagian tubuh mereka dapat terluka dan akhirnya keluar dari pertandingan, sehingga lawan sudah tidak lagi memiliki pemain yang baik di dalam pertandingan.
Setelah selesai, pulang dan berkumpul, merekapun saling membicarakan apa yang terjadi di pertandingan tadi. Ada yang bilang dengan puasnya bahwa tadi dapat mencederai kaki si “A”, ada yang amat kesal karna dirinya sendiri yang dicederai, ada yang sebagai supporter bilang kalau ada isu-isu bahwa si “A" di incar untuk di cederai dalam pertandingan tadi, dan masih banyak lagi perbincangan-perbincangn yang menurutku sangat tidak layak dilakukan. Ironis memang,namun itulah adanya. Dengan segala cara mereka laukan untuk bisa menang. Bukan hadiah yang mereka pertahankan melainkan harga diri yang dibawa masing-masing pedukuhan.
Ternyata di tiap kekalahan bukan kalah dalam skill bermain sepak bola yang kebanyakan orang bicarakan, melainkan kebanyakn orang bilang hal itu disebabkan karena“kalah dukun”. Ya,ternyata di tiap-tiap dukuh masing-masing memiliki seseorang yang sebut saja “orang pintar”, termasuk di Dukuhku sendiri.
Mungkin bagi para orang yang belum tahu, pertandingn tersebut merupakan sebuah pertandingan yang dinilai biasa. Dan sebelum aku ikut serta sebagai pemain di Dukuhkupun aku menilai seperti itu..
Memang inilah suatu hal yang ada di baliknya, dan dilakukan tiap tahunnya untuk persiapan pertandingan sepak bola dalam memperingati hari kemerdekaan.
_TERIMA KASIH_
NAMA : NANA S
KELAS : XII IS 2
NO : 27
Label:
MATERI PELAJARAN SOSIOLOGI
Selasa, Agustus 11, 2009
Tugas Siswa tentang Pengamatan Gejala Sosial
PENGAMATAN SOSIAL
Pengamatan social yang saya ambil yaitu tentang pembangunan mushola yang terjadi di masyarakat tempat saya tinggal. Di setiap desa mesti mempunyai mushola yang digunakan untuk beribadah masyarakat secara bersama-sama. Berdasarkan pengamatan,sebelum pembangunan dilaksakan masyarakat mengadakan musyawarah bersama. Karena mushola tersebut akan digunakn bersama-sama. Tiap minggunya warga mengadakan kumpulan RT untuk saling memusyawarahkan tentang bagaimana cara mengembangkan lingkungan sekitarnya seperti pembangunan mushola, perbaikan jalan / jembatan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Ternyata untuk membangun mushola tersebut telah jauh-jauh hari dipikirkan dan masyarakat telah mempersiapkan dana untuk pembangunan dari kas RT yang tiap minggunya mereka kumpulkan. Pembangunan mushola membutuhkan cukup banyak uang. Selain dari kas RT mereka mendapatkan tambahan uang dari para donatur,yang kebanyakan dari masyarakat itu sendiri.
Untuk memperlancar pembangunan masyarakat juga telah membentuk suatu panitia, agar pembangunan itu dapat dilaksanakan dengan baik. Tiap masyarakat ayng ditunjuk akan menjalankan tugasnya masing-masing. Dalam pembangunan itu masyarakat tidak menggunakan tenaga bantuan tetapi masyarakat itu sendiri yang mengerjakan pembangunan secara gotong royong. Warga masyarakat mengerjakan pembangunanya secara bergatian sesuai jadwal yang telah dibentuk berdasarkan kelompok. Mereka yang bekerja tidak ingin mendapatkan imbalan, karena hasil pembangunannya akan dirasakan oleh masyarakat itu sendiri. Tiap harinya juga masyarakat diminta bantuannya untuk memberikan makanan seikhlasnya secara bergantian sesuai jadwal masing-masing. Masyarakat tidak merasa keberatan dengan hal tersebut sebab rasa solidaritas antar warga masih sangat erat.
Pembangunan yang dikerjakan secara bergotong royong ini lebih cepat terselesaikan dan tidak memakan waktu yang panjang sehingga dapat digunakan segera. Dengan biaya yang seadanya masyarakat akan memperoleh hasil yang sangat luar biasa, sebab mereka melakukanya semua semata-mata juga untuk beribadah. Dalam pembangunan ini tidak hanya pihak tua yang mengerjakannya tapi para pemuda juga ikut gotongroyong membantu yang lain. Dalam hal ini yang harus dibutuhkan adalah rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi untuk bersama, tidak saling egois. Sedikit demi sedikit pembangunan terselesaikan berkat gotongroyong masyarakat itu sendiri. Dalam pembangunan ini tidak ada masyarakat yang dibeda bedakan, entah itu dari orang kaya ataupun miskin,itu semua untuk kepentingan bersama. Masyarakat tersebut tidak ingin yang mewah, tetapi mereka lebih mengutamakan kegunaan/ manfaat dari mushola itu. Selain untuk beribadah, mushola tersebut digunakan untuk masyarakat saling berinteraksi, saling mengenal satu sama lain, saling silahturahmi ketika mereka sedang beribadah bersama. Karena sekarang banyak orang yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga orang tersebut tidak sempat bertemu dengan warga lainnya.
ADESTYA DINI SUMANTRI
XII.IS.1/3
Pengamatan social yang saya ambil yaitu tentang pembangunan mushola yang terjadi di masyarakat tempat saya tinggal. Di setiap desa mesti mempunyai mushola yang digunakan untuk beribadah masyarakat secara bersama-sama. Berdasarkan pengamatan,sebelum pembangunan dilaksakan masyarakat mengadakan musyawarah bersama. Karena mushola tersebut akan digunakn bersama-sama. Tiap minggunya warga mengadakan kumpulan RT untuk saling memusyawarahkan tentang bagaimana cara mengembangkan lingkungan sekitarnya seperti pembangunan mushola, perbaikan jalan / jembatan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Ternyata untuk membangun mushola tersebut telah jauh-jauh hari dipikirkan dan masyarakat telah mempersiapkan dana untuk pembangunan dari kas RT yang tiap minggunya mereka kumpulkan. Pembangunan mushola membutuhkan cukup banyak uang. Selain dari kas RT mereka mendapatkan tambahan uang dari para donatur,yang kebanyakan dari masyarakat itu sendiri.
Untuk memperlancar pembangunan masyarakat juga telah membentuk suatu panitia, agar pembangunan itu dapat dilaksanakan dengan baik. Tiap masyarakat ayng ditunjuk akan menjalankan tugasnya masing-masing. Dalam pembangunan itu masyarakat tidak menggunakan tenaga bantuan tetapi masyarakat itu sendiri yang mengerjakan pembangunan secara gotong royong. Warga masyarakat mengerjakan pembangunanya secara bergatian sesuai jadwal yang telah dibentuk berdasarkan kelompok. Mereka yang bekerja tidak ingin mendapatkan imbalan, karena hasil pembangunannya akan dirasakan oleh masyarakat itu sendiri. Tiap harinya juga masyarakat diminta bantuannya untuk memberikan makanan seikhlasnya secara bergantian sesuai jadwal masing-masing. Masyarakat tidak merasa keberatan dengan hal tersebut sebab rasa solidaritas antar warga masih sangat erat.
Pembangunan yang dikerjakan secara bergotong royong ini lebih cepat terselesaikan dan tidak memakan waktu yang panjang sehingga dapat digunakan segera. Dengan biaya yang seadanya masyarakat akan memperoleh hasil yang sangat luar biasa, sebab mereka melakukanya semua semata-mata juga untuk beribadah. Dalam pembangunan ini tidak hanya pihak tua yang mengerjakannya tapi para pemuda juga ikut gotongroyong membantu yang lain. Dalam hal ini yang harus dibutuhkan adalah rasa persatuan dan kesatuan yang tinggi untuk bersama, tidak saling egois. Sedikit demi sedikit pembangunan terselesaikan berkat gotongroyong masyarakat itu sendiri. Dalam pembangunan ini tidak ada masyarakat yang dibeda bedakan, entah itu dari orang kaya ataupun miskin,itu semua untuk kepentingan bersama. Masyarakat tersebut tidak ingin yang mewah, tetapi mereka lebih mengutamakan kegunaan/ manfaat dari mushola itu. Selain untuk beribadah, mushola tersebut digunakan untuk masyarakat saling berinteraksi, saling mengenal satu sama lain, saling silahturahmi ketika mereka sedang beribadah bersama. Karena sekarang banyak orang yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga orang tersebut tidak sempat bertemu dengan warga lainnya.
ADESTYA DINI SUMANTRI
XII.IS.1/3
Label:
MATERI PELAJARAN SOSIOLOGI
Jumat, Agustus 07, 2009
Innalilahi wainnailaihi raji'un
Jumat, Agustus 07, 2009
Innalilahi wainnailaihi raji'un
Data WS Rendra
(1935 M - 2009 M)
Sumber : http://mualaf.com/kisah-a-pengalaman/muallaf-rohaniawan/217
Nama : WILLIBRORDUS SURENDRA BROTO RENDRA
Lahir : Solo, Jawa Tengah, 7 November 1935
Meninggal : Jakarta, 7 Agustus 2009
Agama : Islam
Pendidikan :
-SMA St. Josef, Solo
-Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada
-American Academy of Dramatic Arts, New York, AS (1967)
Karir :
-Pendiri/Pemimpin dan sekaligus sebagai sutradara, penulis skenario dan pemain Bengkel Teater, Yogya (1967 -- sekarang) Sebagai penulis puisi dan drama, ia menghasilkan antara lain: -Sekda
-Perjuangan Suku Naga (drama)
-Ballada orang-orang tercinta (1957)
-Blues untuk Bonnie (1970)
-Potret Pembangunan dalam Puisi (1980) (kumpulan puisi)
-Pamphleten van een Dichter, Holland, 1979
-State of Emergency, Australia (1980) Naskah-naskah pentasnya: Bip-bop
-Oedipus Rex
-Khasidah Barzanji
-Perang Troya tidak akan Meletus
Kegiatan Lain :
-Pemain Film. Memperoleh Hadiah Puisi dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (1957)
-Anugerah Seni dari Departemen P dan K (1969)
-Hadiah Seni dari Akademi Jakarta (1975)
Alamat Rumah :
Jalan Mangga, Perumnas Depok I, Bogor
Intinya, dengan mengambil tema tertentu, tubuh bergerak karena dorongan jiwa. Gerak bisa distimulasi oleh suara musik atau bisa juga oleh suara jiwa kita sendiri. Sama sekali tak ada pola gerak. Seluruh gerak terjadi secara spontan. Tapi konsentrasi harus penuh dan hati jujur. Itulah metode latihan tubuh dan jiwa yang ternyata sangat efektif bagi aktor.
Saya memang telah memilih jalan hidup saya sebagai seniman. Sejak muda, saya telah malang-melintang di dunia teater. Bahkan, kemudian saya dikenal-sebagai "dedengkot" Bengkel Teater sewaktu masih tinggal di Yogyakarta. Melalui Bengkel Teater inilah saya telah mendapatkan segalanya: popularitas, istri, dan juga materi. Bahkan tidak tanggung-tanggung, dalam kemiskinan sebagai seniman pada waktu itu, saya dapat memboyong seorang putri Keraton Prabuningratan, BRA Sitoresmi Prabuningrat, yang kemudian menjadi istri saya yang kedua.
Tetapi justru, melalui perkawinan dengan putri keraton inilah, akhirnya saya menyatakan diri sebagai seorang muslim. Sebelumnya saya beragama Katolik. Meskipun dalam rentang waktu yang cukup panjang-setelah memperoleh 4 orang anak--perkawinan saya kandas. Tetapi, keyakinan saya sebagai seorang muslim tetap terjaga.
Bahkan, setelah perkawinan dengan istri yang ketiga, Ken Zuraida, saya semakin rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan bukan suatu kebetulan, jika saya kemudian bergabung bersama Setiawan Djodi dan Iwan Falls dalam grup Swami dan Kantata Takwa.
Bagi saya, puisi bukan hanya sekadar ungkapan perasaan seorang seniman. Tetapi lebih dari itu, puisi merupakan sikap perlawanan saya kepada setiap bentuk kezaliman dan ketidakadilan. Dan, itulah manifestasi dari amar ma'ruf nahi munkar seperti yang selalu diperintahkan Allah di dalam Al-Qur'an.
"Mengingat kematian adalah bagian dari Iman".
Terima Kasih buat Mas Dodi di Bantul
Innalilahi wainnailaihi raji'un
Data WS Rendra
(1935 M - 2009 M)
Sumber : http://mualaf.com/kisah-a-pengalaman/muallaf-rohaniawan/217
Nama : WILLIBRORDUS SURENDRA BROTO RENDRA
Lahir : Solo, Jawa Tengah, 7 November 1935
Meninggal : Jakarta, 7 Agustus 2009
Agama : Islam
Pendidikan :
-SMA St. Josef, Solo
-Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada
-American Academy of Dramatic Arts, New York, AS (1967)
Karir :
-Pendiri/Pemimpin dan sekaligus sebagai sutradara, penulis skenario dan pemain Bengkel Teater, Yogya (1967 -- sekarang) Sebagai penulis puisi dan drama, ia menghasilkan antara lain: -Sekda
-Perjuangan Suku Naga (drama)
-Ballada orang-orang tercinta (1957)
-Blues untuk Bonnie (1970)
-Potret Pembangunan dalam Puisi (1980) (kumpulan puisi)
-Pamphleten van een Dichter, Holland, 1979
-State of Emergency, Australia (1980) Naskah-naskah pentasnya: Bip-bop
-Oedipus Rex
-Khasidah Barzanji
-Perang Troya tidak akan Meletus
Kegiatan Lain :
-Pemain Film. Memperoleh Hadiah Puisi dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (1957)
-Anugerah Seni dari Departemen P dan K (1969)
-Hadiah Seni dari Akademi Jakarta (1975)
Alamat Rumah :
Jalan Mangga, Perumnas Depok I, Bogor
Intinya, dengan mengambil tema tertentu, tubuh bergerak karena dorongan jiwa. Gerak bisa distimulasi oleh suara musik atau bisa juga oleh suara jiwa kita sendiri. Sama sekali tak ada pola gerak. Seluruh gerak terjadi secara spontan. Tapi konsentrasi harus penuh dan hati jujur. Itulah metode latihan tubuh dan jiwa yang ternyata sangat efektif bagi aktor.
Saya memang telah memilih jalan hidup saya sebagai seniman. Sejak muda, saya telah malang-melintang di dunia teater. Bahkan, kemudian saya dikenal-sebagai "dedengkot" Bengkel Teater sewaktu masih tinggal di Yogyakarta. Melalui Bengkel Teater inilah saya telah mendapatkan segalanya: popularitas, istri, dan juga materi. Bahkan tidak tanggung-tanggung, dalam kemiskinan sebagai seniman pada waktu itu, saya dapat memboyong seorang putri Keraton Prabuningratan, BRA Sitoresmi Prabuningrat, yang kemudian menjadi istri saya yang kedua.
Tetapi justru, melalui perkawinan dengan putri keraton inilah, akhirnya saya menyatakan diri sebagai seorang muslim. Sebelumnya saya beragama Katolik. Meskipun dalam rentang waktu yang cukup panjang-setelah memperoleh 4 orang anak--perkawinan saya kandas. Tetapi, keyakinan saya sebagai seorang muslim tetap terjaga.
Bahkan, setelah perkawinan dengan istri yang ketiga, Ken Zuraida, saya semakin rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan bukan suatu kebetulan, jika saya kemudian bergabung bersama Setiawan Djodi dan Iwan Falls dalam grup Swami dan Kantata Takwa.
Bagi saya, puisi bukan hanya sekadar ungkapan perasaan seorang seniman. Tetapi lebih dari itu, puisi merupakan sikap perlawanan saya kepada setiap bentuk kezaliman dan ketidakadilan. Dan, itulah manifestasi dari amar ma'ruf nahi munkar seperti yang selalu diperintahkan Allah di dalam Al-Qur'an.
"Mengingat kematian adalah bagian dari Iman".
Terima Kasih buat Mas Dodi di Bantul
Langganan:
Postingan (Atom)