Sekarang ini sering kita jumpai berbagai kasus tentang kekerasan, baik dikeluarga, di sekolah, dikantor, di masyarakat umum dan masih banyak di tempat-tempat yang lain.Cobalah kita tengok kasus di Sebuah Sekolah di Muara Enim di bulan Pebruari kemarin, seorang guru membanting muridnya , hanya gara-gara memecahkan pot milik sekolah.Kemudian kasus yang terjadi di Kupang di sebuah sekolah SMA, terjadi perkelahian antar siswi.Kemudian di Purworejo kemarin, terjadi kasus penganiayaan suami terhadap istrinya hingga berujung nyawa melayang.Dan tentunya masih banyak lagi peristiwa kekerasan yang dapat kita jumpai baik dilingkungan kita sendiri maupun melalui media masa.Beberapa contoh kasus tersebut menimbulkan tanda Tanya besar dalam benak diri kita “ mengapa sekarang kekerasan dijadikan sebagai solusi memecahkan masalah ?”.Apakah tidak ada cara lain yang lebih arif dan bijaksana dalam menyelesaikan masalah.
Marilah bersama dengan penulis mencoba untuk menelusuri dan mencoba mencari solusi atas kondisi tersebut.
Pada Era Orde Baru, masyarakat kita tidak memiliki keberanian dalam menyampaikan pendapat, melakukan aktivitas politik yang bertentangan dengan konsep Suharto, bagi warga masyarakat yang memiliki keberanian melawan kekuasaan Suharto akan menerima akibatnya, tengoklah kasus Sri Bintang Pamungkas.
Namun di Era Reformasi, pada kenyataannya kita melihat bahwa orang bebas dalam menyampaikan pendapat, beraktivitas politik, yang terkadang diluar batas-batas normative.Tengoklah kasus pengeroyokan ketua DPRD SUMUT beberapa waktu yang lalu. Pada kejadian tersebut masa mengepung dan menganiaya hingga yang bersangkutan kehilangan nyawa.
Sebenarnya kita perlu meluruskan beberapa konsep yang telah mengakar di masyarakat yaitu menghalalkan segala cara untuk memenuhi tujuannya.Coba kita kembangkan mencapai tujuan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku di masyarakat. Bila kaidah itu telah dianggap using maka dapat diperbaiki melalui mekanisme hokum yang berlaku.
Di dunia pendidikan masih kita jumpai metode-metode kekerasan yang diterapkan oleh seorang pendidik terhadap siswanya. Sebagai contoh siswa yang siswa guru menempeleng , membanting dan disuruh lari lapangan hingga bebrapa kali. Secara psykologis, seorang siswa yang diperlakukan dengan kasar maka akan tertanam dalam benaknya bahwa kekerasan adalah cara untuk mengatasi masalah. Hal tersebut bila terjadi dalam kuantitas yang besar maka akan membentuk karakter pelajar yang keras, kasar dan mengambil jalan pintas-negatif dalam mengatasi masalah. Oleh karena itu sudah tidak jamannya lagi menggunakan metode kekerasan dalam KBM, gunakannya metode yang lebih arif, santun, demokratis dan beracuan dengan ukuran norma-nilai yang berlaku di masyarakatnya.
Di lingkungan keluarga, yang sering terjadi adalah suami berlaku bagaikan raja sehingga memperlakukan anggota keluarga dengan tidak baik.Memang benar suami adalah kepala keluarga, namun anggota keluarga yang lain juga memiliki hak serta kewajiban yang perlu diperhatikan oleh suami. Bahkan sering terjadi anggota keluarga menjadi sasaran /luapan emosi kepala keluarga.Namun demikian juga dapat terjadi seorang istri menganiaya suami hingga tewas. Pendekatan kepala keluarga dan ibu rumah tangga yang mengedepankan kekerasan dapat berdampak bagi anak-anaknya. Anak akan melihat, mendengarkan, mengamati, merasakan segala sesuatu yang terjadi di keluarga.Sehingga apabila mereka sering menjumpai kekerasan di keluarga akan berakibat pada anak tersebut akan memiliki perilaku/watak/pribadai dan sikap yang kasar/keras pula. Oleh karena itu perlu ditumbuhkembangkan suatu sikap saling menghargai, memahami hak-dan kewajiban seluruh anggota keluarga.
Semoga tulisan ini dapat member manfaat bagi kita semua….. salam dari penulis buat pembaca seumua..
Penulis…..eka gunawan……
Senin, Maret 23, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar