Sabtu, Mei 16, 2009

Interaksi sosial dan Simbol



Setidaknya ada dua syarat agar interksi sosial berlangsung yaitu kontak sosial dan komunikasi. Terjadinya kontak sosial tidak semata-mata tergantung pada tindakan sosial namun tanggapan terhadap tindakan yang dilakukan. Sedangkan aspek komunikasi yang terpenting adalah bila seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain.Penafsiran perilaku dapat bermacam-macam, hal itu dipengaruhi oleh adanya perbedaan konteks sosialnya. Misalnya warna hitam, memiliki makna buruk bila berkaitan dengan prostitusi, namun akan bermakna lain bila orang mengenakan pakaian sertba hitam ketika melayat, yang bermakna ikut berduka.
Dalam berkomunikasi tidak haru menggunakan isyarat-isyarat fisik saja, namun dapat juga menggunakan kata-kata,yakni symbol suara yang mempunyai arti bersama dan bersifat standar.Manusia dapat brkomunikasi tentang obyek dan tindakan jauh di luar waktu dan ruang.Misalnya kita menyebut gajah maka semua orang dapat membayangkan bentuk hewan yang disebut gajah dan tidak perlu menghadirkan gajah sebagai obyek pembicaraan.Bahkan terhadap sesuatu yang belum pernah melihat bentuk benda secara langsung namun telah sepakat tentang maka kata tertentu maka komunikasi dapat belangsung. Misalnya dengan menyebut kata “setan “ maka orang dapat membayangkan sesuatu yang menakutkan/menyeramkan.
Simbol-simbol yang digunakan dalam berinteraksi dan komunikasi tidaklah mutlak bersifat universal yang berlaku untuk semua wilayah atau daerah.Makna dari symbol tergantung dari kesepakatan masyarakat yang menggunakan symbol tersebut.Suatu symbol dapat dipahami melalui interpretative process.Suatu makna kata, tidak begitu saja dapat diterima suatu masyarakat tetapi harus melalui proses penafsiran. Misalnya orang yang menengadahkan tangannya tidak selamanya berarti orang yang meminta-minta, namun dapat berarti suatu bentuk penghormatan kepada orang lain untuk mempersilakan orang lain jalan terlebih dahulu. Contoh lain orang yang menggelengkan kepala bagi orang Indonesia diartikan tidak/tidak setuju, namun bagi orang-orang India menggelengkan kepala memiliki penafsiran tanda setuju atau ya.

Menurut Max Weber, metode yang dapat digunakan untuk memahami arti-arti subyektif tindakan seseorang adalah verstehen, yaitu kemampuan untuk berempati atau kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka berfikir orang lain yang perilakunya mau dijelaskan, situsi serta tujuan-tujuannya mau dilihat menurut perspektif itu.Menurutnya ada empat jenis tindakan sosial yaitu 1).rasional instrumental, 2).rasionalitas berorientasi pada nilai, 3).tindakan tradisional dan 4) tindakan afektif. Weber mengtakan bahwa apapun wujudnya tindakan manusia akan dapat dimengerti apabila seseorang mampu berempati terhadap tindakan/peran orang lain.

Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial.Ketika berinteraksi, seseorang atau sekelompok orang sebenarnya sedang berusaha atau belajar bagaimana memahami tindakan sosial orang atau kelompok lain. Misalnya, seorang pemuda yang telah lama hidup di Barat memiliki kebiasaan mencium pipi lawan jenisnya ketika bertemu.Pada suatu saat ia berada di desa di Indonesia, ia akan mengalami kesulitan atau masalah karena ciuman pipi dimuka umum di Indonesia masih dianggap hal yang tabu.Bila sang pemuda tadi memaksakan mencium pipi gadis di depan umum, boleh jadi orang tua si gadis akan beranggapan bahwa pemuda tadi kurang ajar, tidak tahu sopan santun bahkan dapat menimbulkan masalah sosial lainnya.Oleh karena itu untuk menghindari kesalahpahaman maka perlu untuk saling memahami tindakan sosial yang dilakukan orang lain. ( J.Dwi Narwoko, 2008 )

1 komentar: