Kamis, Februari 12, 2009

Materi Pengendalian Sosial

PENGENDALIAN SOSIAL


I. Pengertian Pengendalian Sosial
Manusia dalam kehidupannya akan selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam berinteraksi tersebut adakalanya timbul masalah, misalnya terjadi salah paham lalu berkelahi. Benar tidak ? Bagaimana kalau timbul masalah ? Tentunya kita semua berharap masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik dan akan kembali pada situasi dan kondisi semula, sehingga akan terwujud suatu keseimbangan sosial ( social equilibrium). Untuk menciptakan keseimbangan sosial tersebut diperlukan upayaupaya menghilangkan penyimpangan-penyimpangan sosial seperti yang pernah Anda pelajari dari modul terdahulu.
Dari gambar di atas seseorang yang melerai perkelahian tersebut melakukan pengendalian sosial demi terciptanya kembali keadaan keseimbangan sosial, yang terwujud melalui perdamaian kembali kedua orang yang berkelahi. Berikut ini beberapa definisi tentang pengendalian sosial. Menurut Berger (1978) Pengendalian Sosial adalah: berbagai cara yang
digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang membangkang. Roucek (1965) mengemukakan bahwa Pengendalian Sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana dimana individu dianjurkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup suatu kelompok. Secara umum dapat disimpulkan bahwa upaya untuk mewujudkan kondisi seimbang didalam masyarakat disebut pengendalian sosial ( Social Control). Bagaimana, Anda sudah paham? Bagus, bila Anda sudah paham. Untuk lebih memahami marilah kita lanjutkan belajar tentang pengendalian sosial dengan penjelasan mengenai cakupan pengendalian sosial.

II. Cakupan Pengendalian Sosial
Siapa saja yang terlibat dalam pengendalian sosial? Yang terlibat dalam pengendalian sosial bisa seorang individu atau kelompok individu/manusia. Contohnya sebagai berikut:
1. Pengawasan antar individu.
Contoh:
– Amir menyuruh adiknya agar berhenti berteriak-teriak.
– Tono mengawasi adiknya agar tidak berkelahi.
– Polisi memerintahkan memakai helm pada seorang pengendara sepeda motor.
Dari contoh di atas Amir, Tono dan Polisi sebagai individu (manusia seorang diri) pengendali sosial, yang mengendalikan individu lain.
2. Pengawasan individu dengan kelompok.
Contoh:
– Guru mengawasi ujian di kelas.
– Polisi mengatur lalu lintas.
– Bapak memerintah anak-anaknya untuk segera belajar daripada ribut terus.
Dari contoh di atas guru, polisi, dan bapak sebagai individu yang melakukan pengendalian sosial terhadap kelompok individu, yaitu murid, pengguna jalan dan anak-anak.
3. Pengawasan kelompok dengan individu.
Contoh:
– Bapak dan Ibu Pranoto selalu mengontrol perilaku anak tunggalnya.
– Sekelompok orang menyuruh turun pada seorang anak yang memanjat tiang listrik.
– Kawanan massa menghajar seorang pencopet.
Dari contoh di atas Bapak dan Ibu, sekelompok orang dan kawanan massa merupakan kelompok pengendali sosial terhadap seorang individu, yaitu anak tunggal, seorang anak dan seorang pencopet.
4. Pengawasan antar kelompok.
Contoh:
– Dua perusahaan yang melakukan joint venture (patungan) selalu melakukan saling pengawasan.
– Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memeriksa Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).
– Dua atau lebih negara berkembang bergabung dalam pengawasan peredaran obat-obatan terlarang.
Dari contoh di atas, ada kelompok orang dalam perusahaan, BPK dan Negara yang mengawasi atau sebagai pengendali sosial kelompok lain yaitu perusahaan, Depdiknas dan negara berkembang. Demikianlah, Anda kini telah mengetahui 4 hal cakupan pengendalian sosial.
Cobalah cari contoh-contoh lain agar Anda lebih memahaminya.

III. Sifat Pengendalian Sosial
Bagaimana masyarakat melakukan pengendalian sosial terhadap perilaku anggotanya?
Ada 2 sifat yang dipakai dalam pengendalian sosial. Dua sifat dalam pengendalian sosial tersebut yaitu :
1. Preventif: yaitu pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadi pelanggaran, artinya mementingkan pada pencegahan agar tidak terjadi pelanggaran.
Contoh:
– Untuk mencegah anaknya berkelahi Ibu Amir menyuruh anak-anaknya tidak bermain di luar rumah.
– Tidak bosan-bosannya guru menasehati murid-muridnya untuk segera pulang dan tidak nongkrong-nongkrong dulu di jalanan; untuk menghindari terjadinya tawuran pelajar, merokok atau terlibat narkoba.
2. Represif: adalah pengendalian sosial yang dilakukan setelah orang melakukan suatu tindakan penyimpangan ( deviasi).
8. Pengendalian sosial ini bertujuan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum terjadinya tindakan penyimpangan.
Contoh:
– Berulangkali Ibu Tono menasehati agar Tono tidak berkelahi, namun suatu hari kemudian Tono berkelahi juga. Betulkah itu contoh pengendalian social represif? Jelas itu salah! Mengapa? Karena nasehat kepada Tono dilakukan sebelum Tono berkelahi.
Contoh pengendalian represif yang betul, misalnya :
– Hakim menjatuhkan hukuman kepada terpidana.
– Pak Rudi di PHK karena korupsi.
Dari contoh tersebut, terpidana dan Pak Rudi mendapat hukuman dan PHK setelah melakukan tindakan penyimpangan. Nah, Anda kini telah mengerti dua sifat pengendalian sosial. Cobalah Anda cari contoh-contoh lain agar Anda lebih memahaminya. Diskusikan dengan teman
atau guru Anda. Selamat untuk usaha Anda. Marilah sekarang kita lanjutkan belajarnya. Tahukah Anda mengapa perlu pengendalian sosial? Apa tujuannya? Nah, untuk itu marilah kita bahas tujuan pengendalian sosial.

IV. Tujuan Pengendalian Sosial
Tahukah Anda apa tujuan masyarakat melakukan pengawasan terhadap perilaku dan tindakan para anggotanya? Tulislah jawaban Anda pada kertas tersendiri dan jangan melihat jawabannya dahulu untuk menguji kemampuan Anda sendiri. Nah, sekarang cocokkan jawaban Anda dengan jawaban berikut:
Tujuan pengendalian sosial adalah terciptanya suatu keadaan yang serasi antara stabilitas dan perubahan di dalam masyarakat. Sebelum terjadi perubahan, dalam masyarakat sudah terkondisi suatu keadaan yang stabil, selaras, seimbang dan sebagainya. Dengan adanya perubahan, menyebabkan terjadi keadaan yang tidak stabil. Tujuan pengendalian sosial untuk memulihkan keadaan yang serasi seperti sebelum terjadinya perubahan. Apakah jawaban Anda betul atau mendekati pengertian di atas? Bagus bila demikian. Alangkah damai, tentram dan amannya kehidupan kita seandainya semua anggota masyarakat menyadari sepenuhnya untuk melaksanakan keteraturan, keserasian dan ketertiban social. Dengan demikian kita tidak perlu
terlalu banyak melakukan pengendalian sosial. Setuju! Sekarang, coba amati keadaan masyarakat di lingkungan Anda. Catat kejadian-kejadian yang termasuk dalam wujud cakupan pengendalian sosial, serta kejadian-kejadian yang termasuk sifat-sifat pengendalian sosial.
Kalau sudah Anda temukan dan catat, saya salut pada Anda ! Namun, apakah contoh wujud cakupan pengendalian sosial yang Anda catat beserta sifat pengendalian sosialnya sudah benar?
Ada 4 cakupan pengendalian sosial yaitu:
1. pengendalian sosial antar individu;
2. pengendalian sosial individu terhadap kelompok;
3. pengendalian sosial kelompok terhadap individu;
4. pengendalian sosial antar kelompok.
Apakah kejadian-kejadian yang Anda temukan tersebut menunjukkan ke 4 hal di atas ?
Ada dua sifat pengendalian social:
1. Preventif: sebelum terjadi pelanggaran.
2. Represif: setelah terjadi pelanggaran.
Apakah kejadian-kejadian yang Anda temukan menunjukkan ke 2 sifat itu?
TEKNIK-TEKNIK PENGENDALIAN SOSIAL
Setelah mempelajari kegiatan belajar 2 ini Anda diharapkan dapat:
1. menguraikan cara-cara pengendalian sosial;
2. mengkategorikan bentuk-bentuk pengendalian sosial.
I. Cara-cara Pengendalian Sosial
Belakangan ini kalau kita membaca koran sering mendapat berita terjadinya tawuran antara kelompok masyarakat yang kadang-kadang berbau SARA (Suku, Agama, Ras, antar golongan). Cara pengendalian sosial apakah yang sebaiknya dilakukan kelompok masyarakat tersebut?
Bagaimana cara Anda mengatasinya bila itu terjadi di lingkungan Anda? Berikan dua cara yang dapat Anda lakukan. Sekarang cocokkan jawaban Anda, apakah sesuai dengan cara-cara berikut.
A. Cara Persuasif
Cara persuasif lebih menekankan pada usaha untuk mengajak atau membimbing anggota masyarakat agar dapat bertindak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku dimasyarakat. Terkesan halus dan menghimbau. Aspek kognitif (pengetahuan) dan afektif (sikap) sangat ditekankan.
Contoh:
1. Para tokoh masyarakat membina warganya dengan memberi nasehat kepada warga yang bertikai agar selalu hidup rukun, menghargai sesama, mentaati peraturan, menjaga etika pergaulan, dan sebagainya.
2. Seorang ibu dengan penuh kasih sayang menasehati anaknya yang ketahuan mencuri. Ibu itu berusaha memberi pengertian pada anaknya bahwa mencuri itu perbuatan yang tercela dosa dan sangat merugikan orang lain. Mencuri itu akan berakibat buruk pada kehidupannya kelak. Ia
akan menjadi orang terkucil dan tersingkir dari masyarakat.
3. Seorang guru membimbing dan membina muridnya yang ketahuan merokok di sekolah. Guru tersebut dengan penuh kewibawaan dan kesabaran menanamkan pengertian bahwa merokok itu merusak kesehatan dan juga merugikan orang lain, selain itu juga merupakan pemborosan.

B. Cara Koersif
Cara koersif lebih menekankan pada tindakan atau ancaman yang menggunakan kekerasan fisik. Tujuan tindakan ini agar si pelaku jera dan tidak melakukan perbuatan buruknya lagi. Jadi terkesan kasar dan keras. Cara ini hendaknya merupakan upaya terakhir sesudah melakukan cara persuasif, contoh:
1. Agar para perampas sepeda motor jera akan perbuatannya, maka ketika tertangkap masyarakat langsung mengeroyoknya. Tindakan tersebut sebenarnya dilarang secara hukum, karena telah main hakim sendiri. Namun cara tersebut dilakukan masyarakat dengan maksud agar para perampas sepeda motor lainnya takut untuk berbuat serupa.
2. Peraturan hukum dari negara tertentu yang memberlakukan hukuman cambuk, rajam, bahkan hukuman mati bagi pelaku kejahatan, agar para pelaku kejahatan atau orang yang akan berniat jahat jera dan takut melakukan tindak kejahatan. Bagaimana, apakah Anda sudah paham? Bagus! Kami harap Anda sudah paham dan mengerti betul dua cara pengendalian sosial tersebut. Supaya tertanam kuat pada benak Anda tentang kedua cara pengendalian sosial yang telah kita pelajari tadi, perhatikan dan amati gambar berikut. Gambar manakah cara persuasif dan mana yang cara koersif ?
Bila Anda menjawab gambar 1 adalah cara pengendalian sosial persuasive dan gambar 2 adalah cara pengendalian sosial koersif,
C. Cara Pengendalian Sosial Melalui Sosialisasi
Cara pengendalian sosial melalui sosialisasi dikemukakan oleh Froman pada tahun 1944 sebagai berikut: “Jika suatu masyarakat ingin berfungsi secara efisien, maka mereka harus
melakukan perannya sebagai anggota masyarakat”. Melalui sosialisasi mereka dapat menjalankan peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Misalnya, sejak kecil seseorang dididik melakukan kewajiban yang ada di lingkungan keluarga seperti membersihkan rumah dan merapikan kamar, lambat laun akan timbul rasa senang dalam diri anak tersebut jika sudah melakukan kewajibannya. Apabila si anak tersebut sudah besar dan hidup di lingkungan yang lebih luas, ia akan terbiasa berperan sesuai dengan status yang ia sandang. Melalui sosialisasi seseorang diharapkan dapat menghayati (menginternalisasikan) norma-norma, nilai di masyarakat dan menerapkan dalam perilakunya sehari-hari.
D. Cara Pengendalian Sosial Melalui Tekanan Sosial
Cara pengendalian sosial melalui tekanan sosial dikemukakan oleh Lapiere pada tahun 1954. Lapiere berpendapat bahwa pengendalian sosial merupakan suatu proses yang lahir dari kebutuhan individu akan penerimaan kelompok. Kelompok akan sangat berpengaruh jika anggotanya sedikit dan akrab. Keinginan kelompok dapat digunakan untuk menerapkan norma-norma yang ada agar para anggotanya dapat merealisasikannya. Misalnya, pandangan masyarakat konservatif yang masih menganggap perlu diadakannya upacara adat secara seremonial. Mereka cenderung tetap melaksanakannya daripada melanggarnya. Bagaimana, apakah uraian di atas dapat Anda pahami? Bagus kalau Anda sudah paham tentang cara-cara pengendalian sosial seperti yang telah diuraikan tersebut. Mari kita lanjutkan belajarnya!

II. Bentuk-bentuk Pengendalian Sosial
Bentuk-bentuk pengendalian sosial antara lain:
1. Desas-desus (Gosip)
Merupakan “kabar burung” atau “kabar angin” yang kebenarannya sulit dipercaya. Namun dalam masyarakat pengendalian sosial ini sering terjadi. Gosip sebagai bentuk pengendalian sosial yang diyakini masyarakat mampu untuk membuat pelaku pelanggaran sadar akan perbuatannya dan kembali pada perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma dalam masyarakat. Gosip kadang dipakai sebagai alat untuk mendongkrak popularitas seseorang, misalnya artis, pejabat, dsb.
2. Teguran
Merupakan peringatan yang ditujukan pada pelaku pelanggaran. Bisa dalam wujud lisan maupun tulisan. Tujuan teguran adalah membuat si pelaku sesegera mungkin menyadari kesalahannya. Misalnya, seorang guru menegurmuridnya yang sering ngobrol pada waktu belajar di kelas. Adakalanya juga memberikan surat pemanggilan orang tuanya untuk ke sekolah.
3. Hukuman ( Punishment)
Adalah sanksi negatif yang diberikan kepada pelaku pelanggaran tertulis maupun tidak tertulis. Pada lembaga formal diberikan oleh Pengadilan, pada lembaga non formal oleh Lembaga Adat.
4. Pendidikan
Pengendalian sosial yang telah melembaga baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Pendidikan membimbing seseorang agar menjadi manusia yang bertanggung jawab dan berguna bagi agama, nusa dan bangsanya. Seseorang yang berhasil di dunia pendidikan akan merasa kurang enak dan takut apabila melakukan perbuatan yang tidak pantas atau menyimpang bahkan melanggar peraturan. Contoh: setelah Tono terpilih menjadi pelajar teladan ia sangat menjaga perilakunya dengan baik, untuk tidak melanggar tata tertib, bertutur kata baik, mengerjakan tugas dan kewajibannya sebagai pelajar dengan penuh tanggung jawab.
5. Agama
Merupakan pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebagai pemeluk agama seseorang harus menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan. Contoh: jika seseorang meyakini dan patuh pada agamanya, maka dengan sendirinya perilakunya terkendali jauh dari perilaku menyimpang atau melanggar peraturan. Misalnya, tidak akan memfitnah, korupsi, berjudi, mencuri, dsb.
6. Kekerasan Fisik
Kekerasan fisik akan dijalankan sebagai alternatif terakhir dari pengendalian sosial, apabila alternatif lain sudah tidak dapat dilakukan. Namun banyak kejadian, perlakuan ini terjadi tanpa melakukan bentuk pengendalian sosial lain terlebih dahulu.
Contoh:
– Pencuri dihajar massa dan tidak diserahkan pada polisi.
– Rumah dukun santet dibakar.
– Petugas keamanan menembak perusuh tanpa tembakan peringatan terlebih dahulu.
Apakah gambar tersebut termasuk dalam salah satu cara pengendalian sosial yang Anda telah pelajari? Kalau termasuk, cara yang mana? Termasuk dalam bentuk pengendalian sosial apa? Berikan alasan Anda! Bagus! Anda telah berpikir serius. Kalau sudah Anda ketahui jawabannya, mari kita coba cocokkan jawaban Anda! Ada dua jawaban yang benar, yaitu:– Demonstrasi termasuk dalam cara pengendalian sosial persuasif! Alasannya: aksi demonstrasi merupakan cara yang lebih menekankan, mengajak atau menghimbau tanpa tindak kekerasan atau kasar.
– Demonstrasi termasuk jenis pengendalian sosial teguran!
Alasannya: merupakan peringatan yang ditujukan ke Pemerintah/pejabat yang dianggap melakukan pelanggaran dalam wujud tulisantulisan atau spanduk. Sudahkah cocok jawaban Anda? Kalau belum, coba Anda berpikir lebih mendalam lagi. Carilah pula contoh-contoh lain tentang cara pengendalian sosial beserta bentuk pengendaliannya di masyarakat sekitar Anda!
Diskusikan dengan teman dan guru pamong atau guru bina Anda! Selamat ! Materi kegiatan belajar 2 telah selesai. Untuk memperdalam peguasaan materi Anda, coba kerjakan tugas kegiatan 2. Jawaban dapat Anda cocokkan di belakang modul. Bila masih banyak yang salah, berarti Anda belum menguasai benar. Belajarlah sekali lagi!

KONSEKUENSI PENGENDALIAN SOSIAL
Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 ini Anda diharapkan dapat:
1. menguraikan fungsi pengendalian sosial;
2. menjelaskan peranan pranata sosial atau lembaga sosial dalam pengendalian sosial;
3. menguraikan konsekuensi penggunaan teknik-teknik pengendalian sosial; dan
4. menyimpulkan konsekuensi penggunaan cara pengendalian sosial.
I. Fungsi Pengendalian Sosial
Setelah Anda memahami uraian materi pada kegiatan 1 dan 2 terdahulu, ternyata fungsi pengendalian sosial itu pada hakekatnya terdiri atas dua hal. Betulkah? Coba sekarang Anda perhatikan bahwa fungsi pengendalian sosial ada 2 hal pokok, yaitu:
1. Meyakinkan masyarakat tentang kebaikan norma. Usaha ini ditempuh melalui pendidikan baik formal maupun non formal. Melalui pendidikan formal ditanamkan kepada peserta didik kesadaran untuk patuh aturan, sadar hukum dan sebagainya melalui mata pelajaran-mata pelajaran yang ada. Melalui pendidikan non formal, mass media dan alat-alat komunikasi menyadarkan
warga masyarakat untuk beretika baik, tertib lalu lintas, dan sebagainya.
2. Mempertebal kebaikan norma. Hal ini dilakukan dengan cara mempengaruhi alam pikiran seseorang dengan legenda, hikayat-hikayat, cerita-cerita rakyat maupun cerita-cerita agama yang memiliki nilai-nilai terpuji, contohnya cerita Malin Kundang, cerita Nabi Sulaiman, dan sebagainya. Dengan demikian dalam pelaksanaan pengendalian sosial diperlukan sarana
atau alat yang berupa lembaga atau pranata sosial. Tahukah Anda apa peranan pranata sosial atau lembaga sosial dalam pengendalian sosial ? Untuk lebih mendalami hal tersebut marilah kita pelajari uraian berikut.

II. Peranan Pranata Sosial atau Lembaga Sosial Dalam Pengendalian Sosial
Peranan lembaga sosial atau pranata sosial dalam pengendalian sosial yang terjadi di masyarakat adalah sangat besar dan dibutuhkan, khususnya terhadapperilaku yang menyimpang demi keseimbangan sosial. Terlebih dahulu marilah kita perjelas pengertian lembaga sosial atau pranata sosial. Lembaga sosial merupakan wadah/tempat dari aturan-aturan khusus, wujudnya berupa organisasi atau asosiasi. Contohnya KUA, mesjid, sekolah,
partai, CV, dan sebagainya. Sedangkan pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan yang mengatur perilaku dan hubungan antara anggota masyarakat agar hidup aman, tenteram dan harmonis. Dengan bahasa sehari-hari kita sebut “aturan main/cara main”. Jadi peranan pranata sosial sebagai pedoman kita berperilaku supaya terjadi keseimbangan sosial. Pranata sosial merupakan kesepakatan tidak tertulis namun diakui sebagai aturan tata perilaku dan sopan
santun pergaulan. Contoh: kalau makan tidak berbunyi, di Indonesia pengguna jalan ada di kiri badan jalan, tidak boleh melanggar hak orang lain, dan sebagainya.
Jadi lembaga sosial bersifat konkret, sedangkan pranata sosial bersifat abstrak, namun keduanya saling berkaitan. Pranata sosial atau lembaga sosial apa yang terdapat dalam masyarakat yang dipakai sebagai pengendalian sosial? Pengendalian sosial itu dapat dilakukan oleh:
1. Polisi
Polisi sebagai aparat negara, bertugas memelihara keamanan dan ketertiban, mencegah dan mengatasi perilaku menyimpang. Peran Polisi bukan hanya menangkap, menyidik, dan menyerahkan pelaku pelanggaran ke instansi lain seperti Kejaksaan, tetapi juga membina dan mengadakan penyuluhan terhadap orang yang berperilaku menyimpang dari hukum.
2. Pengadilan
Pengadilan merupakan alat pengendalian sosial untuk menentukan hukuman bagi orang yang melanggar peraturan. Tujuannya agar orang tersebut jera dan sadar atas kesalahan yang diperbuatnya, serta agar orang lain tidak meniru berbuat hal yang melanggar hukum atau merugikan orang lain. Sanksi yang tegas akan diberikan bagi mereka yang melanggar hukum, berupa denda, kurungan atau penjara. Ringan beratnya hukuman tergantung kesalahan pelaku menurut hukum yang berlaku.
3. Adat
Adat merupakan lembaga atau pranata sosial yang terdapat pada masyarakat radisional. Dalam hukum adat terdapat aturan untuk mengatur tata tertib tingkah laku anggota masyarakatnya. Adat yang sudah melembaga disebut tradisi. Pelanggaran terhadap hukum adat dan tradisi akan dikucilkan atau diusir dari lingkungan masyarakatnya tergantung tingkat kesalahannya berat
atau ringan.
4. Tokoh Masyarakat
Adalah orang yang memiliki pengaruh atau wibawa (kharisma) sehingga ia dihormati dan disegani masyarakat. Tokoh masyarakat diharapkan menjadi teladan, pembimbing, penasehat dan petunjuk.Ada dua macam toko masyarakat:a. tokoh masyarakat formal, misalnya Presiden, Ketua DPR/MPR, Dirjen, Bupati, Lurah, dsb; b. tokoh masyarakat informal, misalnya pimpinan agama, ketua adat,pimpinan masyarakat. Nah, kini Anda telah mempelajari tentang peranan pranata sosial di dalam masyarakat. Apakah Anda sudah paham? Bagus. Andaikan belum, coba sekali lagi ulangi mempelajarinya. Bila sudah paham, jawab pertanyaan berikut: adakah peran pranata sosial dalam pengendalian sosial di lingkunganmu? Tulislah jawabanmu dalam kertas tersendiri. Lalu, peran lembaga/pranata sosial apa saja yang ada di lingkunganmu, berikan contoh-contohnya.Jawaban Anda dapat didiskusikan dengan teman atau guru bina Anda agar Anda dapat mengetahui apakah jawaban Anda sudah benar.Mari kita lanjutkan belajar Anda dengan bahasan berikut.
III. Konsekuensi Penggunaan Teknik-teknik Pengendalian Sosial
Apa itu konsekuens? Konsekuensi adalah akibat yang harus ditanggung dari hasil perbuatan, pemecahan masalah, rencana atau langkah yang sudah diambil. Penggunaan teknik-teknik atau cara-cara pengendalian sosial telah kita pelajari pada kegiatan 2. Masih ingat? Mari kita ingat kembali. Teknik-teknik atau caracara pengendalian sosial adalah persuasif, koersif, melalui sosialisasi, melalui tekanan.
Ternyata cara-cara atau teknik-teknik dalam pengendalian sosial tersebut tidak semuanya cocok kita terapkan dalam kondisi, situasi, waktu dan tempat yang sama. Oleh karena itu kita perlu hati-hati dalam penerapan cara pengendalian sosial tersebut: Konsekuensi yang harus kita tanggung dalam teknik-teknik pengendalian sosial adalah diperlukannya hukum, pendidikan, agama dan kedisiplinan individu yang betul-betul menunjang terciptanya keseimbangan sosial. Mari kita bahas satu persatu:
1. Hukum
Hukum adalah aturan yang tertulis yang mengatur hak dan kewajiban dan hubungan hukum antar manusia. Hukuman adalah penderitaan yang dijatuhkan secara resmi oleh lembaga yang berwenang terhadap pihak yang melakukan pelanggaran atau kejahatan. 24
Hukuman adalah sanksi yang negatif. Sedangkan sanksi positif disebut Rewards, yang berupa pujian, hadiah, bagi orang yang mematuhi aturan sehingga dapat dijadikan teladan. Tujuan hukuman ialah agar si pelaku menjadi jera atas perbuatannya dan menjadi baik lagi seperti keadaan sebelum ia menjadi jahat.
2. Pendidikan
Pendidikan formal maupun pendidikan informal. Pendidikan formal adalah
pendidikan melalui sekolah sedangkan pendidikan non formal melalui
pergaulan di masyarakat. Pendidikan sekolah akan mampu membentuk
perilaku manusia untuk disiplin, mematuhi tata tertib, membina hubungan
baik dengan sesama. Melalui pergaulan masyarakat sangat berpengaruh
bagi perkembangan pribadi seseorang. Pemahaman diri, pemahaman
masyarakat dan pemahaman nilai-nilai hidup akan membantu terciptanya
masyarakat yang terkendali. Pelaku pelanggaran akan berkurang kalau
masyarakat cukup berpendidikan.
3. Agama
Agama adalah bentuk hubungan pribadi antara manusia dengan Allah. Orang
yang beragama akan mencoba agar semua pikiran, ucapan dan tindakannya
sesuai dengan hukum Allah. Tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan.
Tidak saling mengganggu, tidak saling menjelekkan, tidak saling memfitnah,
tetapi saling menghargai pihak lain, menghargai bahwa ada perbedaan (hak
untuk berbeda) adalah sikap seorang pemeluk agama dalam pengendalian
sosialnya. Oleh karena itu kalau terjadi pelanggaran terhadap nilai-nilai dan
norma-norma agama seseorang akan sangat merasa berdosa dan mendapat
sanksi berat dari kelompok agamanya.

4. Kedisiplinan Individu
Masyarakat terdiri dari individu-individu. Karena itu bila semua individu mengusahakan kebenaran, kejujuran dan kedisiplinan, maka seluruh masyarakat akan menjadi tertib. Orang akan menjadi sedih, menyesal, karena merasa bersalah, berdosa, merupakan hasil mawas diri atas introspeksi. Orang yang menyesal akan berusaha memperbaiki kesalahannya, diminta
atau tidak diminta. Oleh karena itu dengan mendisiplinkan diri sendiri niscaya pelanggaran tidak pernah terjadi.Nah, bagaimana, apakah Anda sudah paham? Semoga Anda sudah mengerti
betul uraian konsekuensi menggunakan teknik-teknik pengendalian sosial. Dengan demikian Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 3 ini.
Cobalah baca sekali lagi uraian materinya, kemudian buatlah rangkuman pada
kertas tersendiri sebelum Anda mengerjakan Tugas Kegiatan 3.

RANGKUMAN :
1. Berger (1978) mendefinisikan pengendalian sosial sebagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang membangkang.
2. Roucek (1965) mengemukakan bahwa pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana dimana individu dianjurkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup kelompok.
3. Secara umum dapat disimpulkan bahwa upaya untuk mewujudkan kondisi seimbang didalam masyarakat disebut Pengendalian Sosial ( Social Control).
4. Empat cakupan pengendalian sosial: pengawasan antar individu, pengawasan individu dengan kelompok, pengawasan kelompok dengan individu, pengawasan antar kelompok.
5. Sifat pengendalian sosial ada dua macam:
– Preventif, yaitu pengendalian sosial dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran.
– Represif, yaitu pengendalian sosial yang ditujukan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran terjadi.
6. Tujuan pengendalian sosial: terciptanya suatu keadaan yang serasi antara stabilitas dan perubahan dalam masyarakat.
7. Cara/teknik pengendalian sosial terdiri dari:
– Cara persuasif,
yaitu cara yang menekankan usaha mengajak atau membimbing anggota masyarakat agar dapat bertindak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku di masyarakat.
– Cara represif,
yaitu pengendalian sosial dengan menekankan pada tindakan atau ancaman yang menggunakan kekuatan fisik atau kekerasan.
– Cara sosialisasi,
yaitu penciptaan kebiasaan dan penanaman norma-norma, nilai-nilai masyarakat kepada individu.
– Cara tekanan sosial,
yaitu individu dalam kelompok masyarakat akan melaksanakan keinginan kelompoknya pada norma-norma yang diterapkannya.
8. Jenis pengendalian sosial:
– desas-desus
– pendidikan
– teguran – agama
– hukuman – kekerasan fisik
9. Fungsi pengendalian sosial:
– meyakinkan masyarakat tentang kebaikan norma;
– mempertebal kebaikan norma.
10.Peranan pranata sosial/lembaga sosial dalam pengendalian sosial :
– sebagai pedoman kita berperilaku supaya terjadi keseimbangan sosial
sekaligus pengendali aturan.
Peranan itu dilakukan oleh:
1. Polisi, 2. Pengadilan, 3. Adat, dan 4. Tokoh Masyarakat
11.Konsekuensi penggunaan cara/teknik pengendalian sosial:
Diperlukannya: hukum – pendidikan – agama – kedisiplinan individu yang betulbetul
menunjang terciptanya keseimbangan sosial.
Dalam pemahaman modul ini, adakah hal-hal yang belum Anda pahami dengan
baik? Kalau belum, segera diskusikan dengan teman Anda, atau Anda dapat mencari
sumber-sumber lain, bias juga Anda tanyakan kepada guru bina Anda. Anda pasti
sukses!

A. 1. Fungsi pengendalian sosial:
– Meyakinkan masyarakat tentang kebaikan norma. Usaha ini ditempuh melalui pendidikan baik formal maupun nonformal. – Mempertebal kebaikan norma. Hal ini dilakukan dengan cara
mempengaruhi alam pikiran seseorang dengan legenda, hikayat, ceritacerita rakyat, cerita-cerita agama yang memiliki nilai-nilai terpuji, seperti Malinkundang, cerita Nabi Sulaeman, dsb.
2. Peranan pranata dalam pengendalian sosial : sangat besar dan dibutuhkan khususnya terhadap perilaku yang menyimpang demi keseimbangan sosial. Pranata sosial merupakan aturan perilaku masyarakat.
3. Dampak positif persuasif bagi pelaku penyimpangan: merasa tidak dipermalukan, muncul kesadaran, enggan berbuat salah lagi. Dampak negatif persuasif bagi pelaku menyimpan: membuat jera/kapok, sadar betul kesalahannya, tertanamnya norma kuat. Dampak negatif koersif bagi pelaku menyimpang: kehilangan harta/nafkah, kesengsaraan, kesakitan, kematian, harga diri jatuh, merasa terkucil.
Lembaga Adat
2. Pengadilan
4. Tokoh masyarakat
(a). bisa dilakukan kapan saja
(b). coba-coba melanggar aturan
(c). membuat jera atau kapok
(d). kesempatan melampiaskan emosi.
Semoga jawaban Anda tidak jauh dari kunci jawaban di atas. Salut untuk usaha Anda! Semoga Anda sukses! Social equilibrium: kondisi seimbang dalam masyarakat.
Kolektif: kumpulan secara bersama-sama. Seremonial: dilakukan secara besar-besaran, meriah dan resmi. Internalisasi: masuknya unsur-unsur budaya pada seseorang. Sosialisasi: pembiasaan nilai, norma dan adat pada seseorang atau masyarakat.

9 komentar:

  1. saya nyari ""keluarga sebagai lembaga pengendalian sosial" kok ngga ada yaa ?

    BalasHapus
  2. sangat bermanfaat sekali terima kasih.

    BalasHapus
  3. Terimakasih Gan ... SANGAT Membantu Tugas Saya ^_^ Teruskan Gan ... LOL

    -Cat2603

    BalasHapus
  4. STUDI KASUS MASALAH DALAM KELUARGA

    NO KASUS SOLUSI PERTANYAAN JAWABAN
    1 Pilih Kasih 1. Memahami sikap atau sifat dari setiap anak masing-masing Yusuf : Bagaimana cara menghadapi seorang anak yang berpegang teguh pada pendiriannya. Sedangkan anak tersebut menganggap dirinya paling benar diantara keluarganya. Terus memberikan nasihat pada anak secara halus, tidak emosi. Jika anak tetap pada pendiriannya, jangan dilawan tapi terus dikontrol.
    2. Memahami kemampuan setiap anak masing-masing
    3. Memberikan hak anak dengan adil
    2 Kurangnya Perhatian 1. Memberikan waktu untuk berkumpul bersama keluarga Sunyi : Bagaimana cara orang tua untuk melakukan pengontrolan karena tidak setiap saat orang tua bersama anak Bisa melalui sosial media, guru, dan juga melalui teman dari anak.
    2. Pengontrolan anak terhadap pergaulan di lingkungan
    3 Perkonomian 1. Menggunakan penghasilan secara bijaksana
    2. Menyishikan sebagian penghasilan untuk di tabung
    3. Memprioritaskan keperluan yang lebih penting
    4 Kewajiban Seorang Anak 1. Meningkatakan kesadaran akan kewajiban sebagai anak
    2. Mmembantu orang tua
    3. Menghargai apa yang disampaikan orang tua ke anak
    5 Egois 1. Mengutamakan kepentingan bersama daripada pribadi
    2. Menjunjung tinggi rasa kekeluargaan
    6 Kecemburuan 1. Selalu mengklarifikasi berita apabila berita didapat dari orang lain
    2. Menumbuhkan sikap saling percaya
    3. Tidak mudah percaya akan berita-berita orang lain
    7 Represif 1. Membatasi kebebasan kepada anak sesuai batas kewajaran
    2. Pemeberian hak-hak dengan batasan kepada anak
    3. Pemberian Kepercayaan kepada anak
    8 Emosi 1. Bersikap dewasa apabila menghadapi suatu masalah
    2. Berpikir positif adanya masalah merupakan suatu ujian
    9 Cara mendidik anak 1. Mendidik sesuai perkembangan zaman
    2. Dapat menasihati anak secara bijaksana
    3. dapat mencontohkan perilaku yang baik
    10 Perbedaan Pendapat Tentang Pendidikan 1. Memberikan Kebebasan kepada anak untuk memilih sekolah
    2. Sebagai anak memberikan penjelasan kepada orang tua dengan sopan
    3. Masing-masing anak maupun orang tua harus memahami kriteria sekolah yang akan dipilih

    BalasHapus
  5. No. Kasus Solusi Pertanyaan Jawaban
    1. Masalah perekonomian (keluarga) Mengatur keuangan dengan membuat buku pengeluaran dan pemasukan setiap bulan. Mengurangi dalam pembelian barang yang tidak terlalu diperlukan. Sama sama mencari penghasilan. 1.Komar: Apakah kedua orang tua harus mencari penghasilan ,sedangkan siapa yang mengatur keadaan rumah dan anak? 2.Alifa: Apa solusi lain dari solusi tersebut? 1. Dalam keluarga seorang bapak berperan sebagai kepala keluarga, tugas utama seorang bapak adalah mencari nafkah, lalu apabila perekonomian dalamkeluarga itu cukup maka ibu tidak perlu repot repot ikut membantu, tetapi tugas seorang ibu adalah mengurus rumah tangga, lalu apabila dalam sebuah perekonian keluarga itu kurang maka ibu boleh membantu meringankan beban keluarga tetapi tidak harus keluar rumah, sekarang bisa dengan olshop, jadi kerjaan rumah bisa dijangkau, lalu anggota keluarga yang lain, misal anak juga membantu seperti menyapu. 2. Meminimalisir pengeluaran, menghemat, menyisihan uang pemasukan untuk tidak digunakan semua.
    2. Perselisihan antara anak dengan orang tua dalam hal sekolah. Selalu konsultasi dan memberikan penjelasan tentang setiap masalah disekolah dan sama-sama mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut.
    3. Peraturan tidak boleh pulang malam/keluar malam. Sebagai anak yang masih dalam pengawasan orang tua, sebaiknya kita menjaga diri kita untuk tidak pulang malam karena banyak bahaya.
    4. Masak tidak sesuai keinginan sehingga menimbulkan perselisihan. Membicarakan tentang menu masakan apa yang diinginkan
    5. Rebutan makanan dengan adik. Sebagai seorang kakak kita harus mengalah.
    6. Saat liburan tidak boleh pergi kemana-mana sama orang tua. Memberikan keterangan yang jelas tentang tempat dan dengan siapa bepergian.
    7. Saat beli baju baru/sepatu dimarahin orang tua. Konsultasikan jenis apa barang yang ingin dibeli.
    8. Wajib membantu orang tua dalam kondisi bagaimanapun (minimal menyapu). Menuruti perintah orang tua dan melakukannya dengan ikhlas.
    9. Perselisihan dengan adik dalam pembagian kerja saat ibu menyuruh. Membagikan tugas sesuai dengan kemampuan dan bobotnya masing-masing.
    10. Perbedaan pendapat antara anak dan orang tua tentang masa depan anak. Sebaiknya oran tua memberikan dukungan dan kebebasan anak dalam menentukan masa depannya.
    11. Tidak diizinkan pacaran oleh orang tua. Lebih baik menuruti perkataan orang tua yang mengarahkan hal-hal positif.

    BalasHapus
  6. KELOMPOK 3
    NO KASUS SOLUSI
    1 Ekonomi yang kurang mencukupi kebutuhan Membantu meringankan beban biaya dengan berhemat atau memulai usaha yang sederhana
    2 Ditinggal merantau oleh salah satu anggota keluarga Menjalin komunikasi yang lebih baik dan menerima kenytaan yang ada
    3 Ketidakharmonisan karena ada orang lain Saling terbuka dan percaya terhadap satu sama lain
    4 terjadinya pertengkaran karena berbeda pendapat Memusyawarahkannya kembali hal apa yang diperdebatkan dan mencari jalan tengah dari pendapat keduanya
    5 kekerasan dalam rumah tangga Salah satu anggota keluarga menasehati yang melakukan kekerasan
    6 Kesenjangan karena kesibukan Menyisakan waktu luang di sela sela kesibukannya dan lebih memperbaiki komunikasinya
    7 Pilih kasih orang tua terhadap anak anaknya Keterbukaan anak kepada orang tua dan orang tua menerima apa yang dikeluhkan anak
    8 Perebutan harta warisan Berbagi secara adil
    9 Sulit memiliki keturunan Mengadopsi anak
    10 Kematian salah satu anggota keluarga Menerima dengan ikhlas dan diberikan motivasi agar tetap semangat
    11 Tidak menjalankan kewajiban sebagai anggota keluarga Ditegur agar orang yang berkewajiban memiliki kesadaran

    BalasHapus
  7. KELOMPOK 6
    No Kasus Solusi Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
    1 Orangtua yang menuntut anaknya untuk 1. Adanya komunikasi antara anak dengan 1. Alia Nabila : kenapa di keluarga sering terjadi pilih kasih? Karena setiap orang pasti memandang Setiap keluarga pasti menemui
    sesuai dengan keinginan orangtua. orangtua. dari sisi positif dan negatif orang tersebut. masalah, dan setiap masalah pasti
    2. Orangtua yang sadar akan kemampuan Dan orangtua yang memandang anaknya ada solusinya.
    dan kemauan anaknya. yang memiliki kelebihan akan lebih
    2 Pertengkaran antara kakak dan adik. 1. Kakak yang mengalah pada adik. diutamakan dari pada anak yang tidak
    2. Orangtua yang memberikan pengertian memiliki kelebihan.
    kepada anak-anaknya tersebut. 2. Ayu Tresna : bagaimana caranya agar anak benar-benar Orangtua harus memberikan nasehat dan
    3 Orangtua yang pilih kasih terhadap anaknya. 1. Kesadaran orangtua, bahwa anak-anaknya mengerti dengan kondisi orang tua yang tidak bisa pengertian kepada anaknya untuk lebih
    juga dari keluarga itu, yang tidak memenuhi kenyamanan anaknya dan anak bersabar, dan mengerti kondisi keluarga.
    perlu dibeda-bedakan. tersebut selalu menuntut? Disamping itu orangtua harus berusaha.
    2. Anak yang terbuka pada orangtua.
    4 Kurang kasih sayang orangtua. 1. Orangtua harus pandai membagi waktu
    dengan anaknya.
    2. Orangtua harus sadar, bukan hanya
    materi yang dibutuhkan anaknya, tetapi
    juga kasih sayangnya.
    5 Orangtua mendidik anaknya dengan cara 1. Orangtua mengganti cara mendidik,
    kekerasan. karena mendidik tidak hanya dengan cara
    kekerasan.
    2. Orangtua sadar bahwa mendidik dengan
    kekerasan akan melukai anaknya, serta
    akan ditiru anaknya kelak.
    6 Terlalu banyak larangan untuk anak. 1. Anak diberi kebebasan dalam batas
    wajar.
    2. Orangtua memperbolehkan anak,namun
    dikontrol.
    7 Anak yang tidak peduli dengan kondisi 1. Orangtua memberi kenyamanan pada
    orangtua. keluarga.
    2. Anak harus dinasehati.
    8 Orangtua yang menelantarkan anaknya. 1. Orang tua harus sadar bahwa anaknya
    terlahir juga karena adanya kasih sayang
    antara orangtua itu.
    2. Orang tua harus sadar, banyak pasangan
    suami istri yang ingin mempunyai anak
    tetapi tidak diberi anak olehNya.
    9 Perebutan hak asuh anak. 1. Melalui sidang peradilan.
    2. mendiskusikan dengan anak, untuk anak
    memilih dengan siapa ia tinggal.
    10 Perebutan hak ahli waris. 1. Dimusyawarahkan dengan seluruh
    anggota keluarga.
    2.Dibagi sesuai dengan syariat, dengan adil.

    BalasHapus
  8. Permasalahan yang Ada Dalam Keluarga

    No. Kasus Solusi Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
    1 Masalah keuangan a. pemasukan dan pengeluaran didata Bagaimana sikap seorang anak yang memiliki orang tua dengan tingkah laku yang kurang baik? (Isma Pratiwi) Sikap seorang anak apabila memiliki orang tua dengan tingkah laku yang kurang baik adalah tidak mencontoh perilaku yang kurang baik dari orang tua kita dan kita sebagai seorang anak harus menutupi kekurangan keluarga kita Dalam setiap keluarga pasti selalu ada masalah, dan setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Masalah tidak akan terjadi apabila kita saling menghormati, menghargai, dan memahami satu sama lain.
    b. bisa membuat target pengeluaran seminimal mungkin
    c. anggota keluarga yang lain ikut membantu menambah pemasukan keuangan
    d. mengutamakan kebutuhan yang paling penting
    2 Adanya perbedaan prinsip a. berdiskusi untuk menyatukan pemikiran
    b. saling menghargai prinsip yang dimiliki satu sama lain
    3 Kurangnya rasa pengertian a. lebih memahami keadaan masing-masing
    b. mengutamakan musyawarah
    4 Kurangnya komunikasi a. lebih mementingkan berkumpul dengan anggota keluarga Bagaimana solusi jika kedua orang tua sudah tidak sejalan lagi? Anaknya harus gimana? (Zulfikar R.) Kita sebagai seorang anak ingin keluarga yang harmonis, jika kedua orang tua kita sudah tidak sejalan lagi maka sebisa mungkin kita mempertemukan kedua orang tua kita agar bisa menyelesaikan masalah yang ada pada mereka, dan apabila sudah tidak bisa diselesaikan maka kita bisa meminta mereka untuk meminta pendapat kepada orang yang lebih berpengalaman, contohnya Kakek dan Nenek kita.
    b. lebih memanfaatkan teknologi yang ada untuk berkomunikasi
    c. jika sudah di rumah tinggalkan semua pekerjaan yang berasal dari luar; misal kantor
    5 Adanya perbedaan pendapat a. menyatukan pendapat yang ada antar anggota kelompok
    b. melaksanakan musyawarah untuk mendapatkan hasil yang terbaik
    6 Adanya kesalahpahaman a. lebih mengutamakan berkumpul dengan keluarga
    b. bersikap saling terbuka antar anggota keluarga
    c. bersifat jujur dan tidak ada yang disembunyikan
    7 Kurangnya kepercayaan a. tidak bersikap posesif dan protektif
    b. tidak berbohong dan menyembunyikan suatu hal
    8 Kekerasan dalam keuarga a. mengesampingkan ego yang dimiliki
    b. bersikap tegas tetapi tidak dengan emosi
    9 Terlalu posesif a. tidak membatasi gerak antar sesama anggota keluarga
    b. memiliki sifat saling percaya
    10 Kejujuran a. saling percaya satu sama lain
    b. berusaha jujur dalam berbagai hal


    KELOMPOK 2
    Nurul Auliyah H. (20)
    Rifani Puspitasari (23)
    Syavinnaz Yudhistiara (29)
    Wakhid Abdul R. (31)
    Yusuf N. (33)

    BalasHapus
  9. No KASUS SOLUSI PERTANYAAN JAWABAN KESIMPULAN
    1 pengeluaran lebih besar daripada pemasukan 1) kita harus menghemat pengeluaran setiap masalah keluarga ada solusinya. Baik solusi dari orang tua dan juga solusi semua anggota keluarga
    2) memprioritaskan kebutuhan utama
    3) tidak menghambur - hamburkan uang
    2 anak yang tidak mau mengalah tentang kepentingan pribadi 1) kita harus sadar bahwa kita harus mengutamakan kepentingan pribadi
    2) kita sebagai anak tidak boleh bersifat egois
    3 adanya sifat iri antar sesama anggota keluarga 1) sesama anggota keluarga harus menjaga kerukunan Tiara : Contoh sifat iri antar anggota keluarga? Contohnya ketika adik dibelikan sepeda oleh orang tua dan kakaknya iri
    2) harus mengetahui porsinya masing masing
    4 adanya sifat dengki antar sesama keluarga 1) sesama anggota keluarga harus menjaga kerukunan
    2) harus membuang jauh-jauh sifat dengki
    5 pemahaman yang tidak sama dengan orang tua 1) kita harus mendiskusikan perbedaan pendapat itu
    2) membicarakannya dengan kepala dingin
    3) tidak egois dalam mengambil keputusan
    6 perebutan warisan antar sesama anggota keluarga 1) harus menerima apa yang sudah diwariskan oleh pewaris
    7 orang tua over protektif kita seharusnya mengerti bahwa orang tua itu lebih tau mana yang terbaik untuk anaknya
    8 anggota keluarga yang kurang disiplin dengan barang pribadinya dibuat peraturan tertulis "barang dikembalikan ke tempatnya"
    9 kakak dan adik tidak akur sebagai kakak yang lebih tua harus mengalah kepada adeknya Kukuh Shafira Ulinnuha : Apa solusi lain selain kakak harus mengalah pada adeknya? solusinya, sebagai kakak harus mempunyai rasa mengalah. Yang kedua jika kakak masih tidak mau mengalah maka peran orang tua harus keluar. Orang tua harus menasehati kakaknya bahwa seorang kakak itu harus mengalah
    10 uang kembalian masuk saku pribadi harusnya kita belajar jujur jika ada uang kembalian harus dikembalikan ke orang tua

    Anggota Kelompok :
    1. Alifa Zahra Sa'diyah (02)
    2. Ayu Tresna Mutia (04)
    3. Febry Oktafiani (07)
    4. Gumelar Restu Aji (09)
    5. Sunyi Istiqomah (28)
    6. Zulfikar Ramadhan (34)

    BalasHapus